Jakarta (ANTARA) - Mimpi buruk merupakan pengalaman tidur yang umum terjadi, ditandai dengan mimpi yang mengganggu dan menimbulkan perasaan negatif seperti ketakutan, kecemasan, kesedihan, atau kemarahan.

Mimpi ini terasa sangat nyata (vivid) dan sering kali menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya dalam keadaan gelisah atau panik.

Walaupun sebagian besar mimpi buruk tidak berbahaya, pada kasus tertentu kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan yang lebih serius, dikenal sebagai nightmare disorder atau gangguan mimpi buruk.

Apa itu mimpi buruk?

Secara ilmiah, mimpi buruk terjadi ketika seseorang berada dalam fase tidur REM (Rapid Eye Movement), yaitu fase tidur yang ditandai dengan aktivitas otak yang tinggi dan gerakan mata yang cepat. Mimpi buruk cenderung muncul pada paruh malam kedua, ketika durasi fase REM menjadi lebih panjang.

Berbeda dengan teror malam (night terror) yang sering terjadi pada anak-anak dan umumnya tidak diingat setelah terbangun, mimpi buruk justru dapat diingat dengan detail. Penderitanya bisa mengingat alur mimpi dan emosi yang dirasakannya, bahkan beberapa waktu setelah bangun tidur.

Penyebab mimpi buruk secara ilmiah

Meskipun belum ada penjelasan pasti mengenai penyebab utama mimpi buruk, para ahli tidur dan kesehatan mental telah mengidentifikasi sejumlah faktor yang diyakini berperan memicu kondisi ini. Berikut adalah beberapa penyebab umum mimpi buruk dari sudut pandang ilmiah:

1. Stres dan kecemasan
Tekanan emosional akibat pekerjaan, studi, konflik keluarga, kehilangan orang tercinta, atau ketakutan akan kehilangan bisa menjadi pemicu utama mimpi buruk. Stres kronis dapat mengganggu kualitas tidur dan meningkatkan kemungkinan terjadinya mimpi yang menegangkan.

2. Trauma psikologis
Pengalaman traumatis seperti kecelakaan, kekerasan fisik atau seksual, maupun perundungan dapat menyebabkan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Salah satu gejala PTSD adalah mimpi buruk berulang yang menggambarkan kembali kejadian traumatis tersebut.

3. Gangguan tidur
Beberapa gangguan tidur, seperti sleep apnea (henti napas saat tidur), narkolepsi, insomnia, dan restless leg syndrome (sindrom kaki gelisah) juga berkaitan dengan munculnya mimpi buruk. Gangguan-gangguan ini mengganggu siklus tidur normal sehingga meningkatkan risiko mimpi mengganggu.

4. Efek samping obat
Beberapa jenis obat, terutama yang mempengaruhi sistem saraf pusat seperti antidepresan, obat tekanan darah, dan obat-obatan untuk penyakit saraf, diketahui dapat memicu mimpi yang tidak menyenangkan sebagai efek samping.

5. Kebiasaan sebelum tidur
Menonton film horor, membaca cerita menegangkan, atau mengonsumsi makanan berat menjelang waktu tidur juga bisa memicu mimpi buruk. Aktivitas semacam ini menstimulasi otak secara berlebihan, sehingga mempengaruhi kualitas mimpi selama fase REM.

6. Masalah kesehatan
Mimpi buruk dapat terjadi pada individu yang sedang mengalami demam tinggi, penyakit jantung, atau gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. Kondisi-kondisi ini mempengaruhi keseimbangan hormon dan fungsi otak, yang kemudian berdampak pada pola mimpi.

7. Konsumsi alkohol dan NAPZA
Penggunaan alkohol secara berlebihan dan penyalahgunaan narkoba atau zat adiktif (NAPZA) dapat mengganggu pola tidur alami. Selain memicu fragmentasi tidur, kebiasaan ini juga dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas mimpi buruk.

Gejala dan ciri-ciri mimpi buruk
Mimpi buruk biasanya memiliki karakteristik berikut:

  • Cerita dalam mimpi terasa nyata, penuh tekanan, dan semakin menakutkan seiring berjalannya mimpi.
  • Tema mimpi sering berkaitan dengan ancaman terhadap keselamatan, kematian, atau pengalaman traumatis.
  • Terbangun dari tidur dengan perasaan takut, cemas, atau marah.
  • Jantung berdebar, tubuh berkeringat, dan sulit kembali tidur.
  • Ingatan terhadap mimpi tersebut biasanya jelas saat terbangun.
  • Jika terjadi secara berulang, dapat menyebabkan rasa takut untuk tidur dan mempengaruhi kualitas hidup di siang hari.

Jika mimpi buruk terjadi secara berulang, hal ini bisa menimbulkan kecemasan saat hendak tidur, kelelahan di siang hari, serta menurunnya kualitas hidup. Dalam kasus seperti ini, mimpi buruk bisa berkembang menjadi nightmare disorder, yang membutuhkan penanganan profesional.

Kapan harus berkonsultasi ke dokter?

Mimpi buruk merupakan bagian dari pengalaman tidur yang umum, terutama pada anak-anak, namun juga dapat terjadi pada orang dewasa.

Dalam sebagian besar kasus, mimpi buruk tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan khusus.

Namun, jika mimpi buruk terjadi secara terus-menerus, menimbulkan rasa takut yang mengganggu kualitas tidur, atau berdampak pada aktivitas harian seperti sulit berkonsentrasi, kelelahan berlebihan, dan perubahan perilaku, maka konsultasi ke dokter atau ahli kesehatan mental sangat dianjurkan.

Melalui evaluasi medis dan psikologis, penyebab mimpi buruk dapat diidentifikasi secara lebih tepat dan ditangani dengan pendekatan yang sesuai, baik melalui terapi, pengaturan pola tidur, maupun penyesuaian gaya hidup.

Upaya menjaga kesehatan mental, menghindari stres, dan menciptakan rutinitas tidur yang baik merupakan langkah penting untuk mencegah dan mengatasi mimpi buruk secara efektif.

Baca juga: Doa terbaik setelah mengalami mimpi buruk

Baca juga: Doa setelah mimpi buruk, dibaca untuk meminta perlindungan Allah

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025