Wajar, sebagai aset safe haven, permintaan emas meningkat di tengah ketidakpastian perekonomian global
Jakarta (ANTARA) - Analis mata uang dan komoditas Doo Financial Futures Lukman Leong menyampaikan alokasi investasi aset emas idealnya sebesar 20 sampai 30 persen dari portofolio investasi.
Bahkan, pada umumnya investor hanya mengalokasikan investasi ke aset emas sekitar 5 persen, terkecuali apabila ada gejolak ekonomi di tingkat global.
“Sebagai aset safe haven, pada umumnya investor hanya mengalokasikan sekitar 5 persen. Dalam keadaan yang tidak menentu sekarang, bisa menaikkan ke 20 sampai 30 persen,” ujar Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, apabila investor mengalokasikan investasi seluruhnya ke aset emas dari total portofolio, hal itu cenderung tidak bijaksana dan lebih mengarah ke spekulasi.
Di sisi lain, membeli aset emas saat kondisi gejolak ekonomi global saat ini merupakan pilihan yang bijaksana.
“Apabila investor all in 100 persen (emas), maka ini juga tidak bijaksana, dan lebih menjurus ke spekulasi. Namun secara umum, membeli emas di saat seperti sekarang adalah hal yang bijaksana,” ujar Lukman.
Setelah libur Lebaran, masyarakat terpantau berbondong-bondong berburu emas sebagai instrumen investasi seiring adanya gejolak global imbas dari kebijakan tarif AS.
"Wajar, sebagai aset safe haven, permintaan emas meningkat di tengah ketidakpastian perekonomian global," ujar Lukman.
Selain emas, untuk aset safe haven, Ia merekomendasi aset investasi mata uang asing, di antaranya Franc Swiss (CHF) , Yen Jepang (JPY), serta dolar Amerika Serikat (AS)
“Selain emas, mata uang CHF, JPY, USD,” ujar Lukman.
Pada perdagangan hari ini, Kamis (10/040, harga emas Antam melambung sebesar Rp34.000 menjadi Rp1.846.000 dari sebelumnya Rp1.812.000 per gram, dengan harga jual kembali (buyback) emas batangan turut meroket menjadi Rp1.696.000 per gram.
Pada Rabu (9/4/2025) sore waktu AS, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan penundaan selama 90 hari atas tarif resiprokal ke berbagai negara mitra dagang, namun tetap menaikkan bea masuk kepada China sebesar 125 persen.
Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping mengumumkan China akan menaikkan tarif tambahan menjadi 84 persen untuk produk impor dari AS.
Baca juga: Analis: Emas tetap jadi primadona di tengah gejolak geopolitik
Baca juga: Bisnis bank emas menjanjikan, Analis rekomendasikan saham BRIS
Baca juga: Ekonom Celios sebut tiga alasan emas batangan banyak dibeli masyarakat
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.