setelah SIP dicabut, yang bersangkutan tidak dapat lagi berpraktik sebagai dokter seumur hidup

Jakarta (ANTARA) - Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) secara resmi menonaktifkan Surat Tanda Registrasi (STR) milik Priguna Anugerah, dokter residen yang menjadi tersangka kasus kekerasan seksual di lingkungan RSHS Bandung segera setelah aparat hukum menetapkan status tersangka.

"Langkah ini kemudian diikuti dengan koordinasi bersama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mencabut Surat Izin Praktik (SIP) atas nama dr. Priguna," kata Ketua Konsil Kesehatan Indonesia drg. Arianti Anaya ​​​​​​dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Arianti menyebutkan, penonaktifan STR tersebut dilakukan KKI pada Kamis (10/4), sebagai bentuk komitmennya dalam menjaga integritas dan kehormatan profesi kedokteran serta untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat dan penegakan etik profesi.

Baca juga: Polda Jabar bantah pencabutan laporan oleh korban dokter PPDS Unpad

Baca juga: Polda Jabar: Korban pemerkosaan dokter PPDS Unpad bertambah dua orang

Dia menyebutkan bahwa penonaktifan itu menindaklanjuti permintaan Kementerian Kesehatan, dan pencabutan STR dan SIP merupakan sanksi administratif tertinggi dalam profesi kedokteran di Indonesia.

“Dengan demikian, setelah SIP dicabut, yang bersangkutan tidak dapat lagi berpraktik sebagai dokter seumur hidup,” katanya.

Sebagai langkah lanjutan, katanya, Kementerian Kesehatan juga telah memerintahkan penghentian sementara Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesiologi dan Terapi Intensif di RSUP Hasan Sadikin Bandung.

Penghentian ini bertujuan memberikan ruang untuk evaluasi menyeluruh terhadap sistem tata kelola dan pengawasan dalam pelaksanaan program PPDS di RSHS.

“Evaluasi yang dilakukan diharapkan mampu menghasilkan sistem pengawasan yang lebih ketat, transparan, dan responsif terhadap potensi pelanggaran hukum maupun etika oleh peserta program pendidikan dokter spesialis,” kata Arianti.

Baca juga: Polda Jabar buka posko aduan korban pemerkosaan dokter PPDS Unpad

Baca juga: Menteri PPPA kawal proses hukum kekerasan seksual oleh dokter PPDS

Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar Komisaris Besar Polisi Hendra Rochmawan di Bandung, Rabu, mengatakan bahwa pelecehan tersebut terjadi pada 18 Maret 2025. Tersangka, katanya, melakukan aksinya saat korban dalam kondisi tidak sadarkan diri setelah disuntik cairan bius melalui selang infus.

Hendra menjelaskan tersangka PAP diketahui menyuntikkan cairan melalui infus setelah menusukkan jarum ke tangan korban sebanyak 15 kali. Akibatnya, korban mengaku merasa pusing dan tidak sadarkan diri. Peristiwa tersebut, terjadi saat korban sedang mendampingi ayahnya yang dalam kondisi kritis.

Kemudian, Kepolisian Daerah Jawa Barat pada Jumat mengungkapkan penambahan dua korban baru dalam kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Padjadjaran, Priguna Anugerah Pratama (31) di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar Kombes Pol. Surawan mengatakan kedua korban baru merupakan pasien perempuan berusia 21 dan 31 tahun.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh menyebutkan pihaknya siap memanggil sejumlah pihak, mulai dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dekan FK Unpad, RSHS Bandung, Konsil Kedokteran Indonesia, hingga Kemendiktisaintek untuk membahas kasus pemerkosaan oleh calon dokter spesialis anastesi di RSHS.

Baca juga: Komnas HAM: Hukuman dosen UGM dan dokter PPDS harus diperberat

Baca juga: DPR minta RS perketat seleksi tenaga medis imbas kasus dokter PPDS

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025