Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah cq Departemen Perindustrian akan lebih fokus mengembangkan empat kelompok industri mesin yang dinilai sangat dibutuhkan di masa depan dan sampai saat ini produksinya belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Kami akan fokus pada empat industri mesin, yaitu alsintan (alat mesin pertanian), alat berat, mesin peralatan pabrik, dan mesin peralatan listrik," kata Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Deperin, Anshari Bukhari, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan industri alsintan akan menjadi fokus karena kebutuhan alat pertanian akan tetap tinggi dan untuk itu pihaknya akan memperkuat struktur industri alsintan melalui pemberdayaan bengkel-bengkel di daerah. Sedangkan pengembangan industri alat berat akan diarahkan pada penggunaan bahan baku dan komponen lokal untuk perakitan alat berat, yang tidak hanya untuk keperluan domestik tapi juga ekspor. "Industri mesin pabrik akan diarahkan untuk mendukung tumbuh kembang pabrik kelapa sawit dan pabrik gula dengan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) 90 persen," kata Anshari. Ia menilai rangkaian untuk pengembangan industri mesin pabrik untuk kelapa sawit dan gula cukup kuat, karena industri pemasoknya ada dan industri pembuat peralatannya juga ada, antara lain PT Indomarine dan PT Puspetindo (boiler), serta PT Pindad (generator). Sedangkan industri peralatan listrik akan lebih dikembangkan, kata dia, untuk mendukung pembangunan PLTU Batubara 10 ribu MW. Anshari mengakui sampai saat ini barang modal berupa mesin peralatan buatan dalam negeri belum menjadi basis pengembangan industri mesin peralatan. "Penggunaan mesin peralatan dalam negeri juga masih belum optimal terutama dalam proyek pemerintah, BUMN, maupun BUMD sebagaimana yang diamanatkan Keppres 80 Tahun 2003," katanya. Selain itu, ia juga mengakui belum semua produk mesin peralatan dalam negeri memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI). Prognosa Ditjen ILMTA menyebutkan nilai investasi sektor industri mesin turun 2,1 persen tahun ini dibandingkan tahun lalu dengan rata-rata pemanfaatan kapasitas (utilisasi) produksi mencapai 65,04 persen. Kendati demikian nilai ekspor tahun 2006 diperkirakan meningkat 16,16 persen dari 1,9 miliar dolar AS pada 2005 menjadi 2,2 miliar dolar AS dan impor menurun 14,83 persen dari 7,1 miliar dolar AS menjadi 6,04 miliar dolar AS. (*)

Copyright © ANTARA 2006