Itu adalah suatu yang perlu kita perhitungkan karena terjadi tekanan pada nilai tukar kita,"
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan perubahan asumsi kurs rupiah yang menjadi lebih lemah dari Rp12.200, menjadi Rp12.500, pada Rancangan APBN-Perubahan 2015 masih relevan dengan kondisi dan tantangan perekonomian global.

Salah satu kondisi dan tantangan perekonomian global itu adalah kecenderungan penguatan kurs dolar Amerika Serikat terhadap mata uang lainnya yang terus berlanjut, seiring dengan laju pemulihan ekonomi di AS, kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Rabu.

"Itu adalah suatu yang perlu kita perhitungkan karena terjadi tekanan pada nilai tukar kita," kata Agus, seusai peluncuran buku "Legacy Sang Legenda" tentang kiprah dan pengalaman Gubernur BI periode 1973-1983, Rachmat Saleh,

Dengan perkiraan penguatan kurs dolar tersebut, Agus mengatakan, perubahan asumsi kurs yang lebih lemah sebesar Rp300 itu akan sesuai dengan postur belanja dan pendapatan negara yang diinginkan pada APBN-Perubahan (APBNP) 2015.

Perubahan asumsi nilai tukar ini akan mempengaruhi besaran belanja dan pendapatan negara dalam APBNP 2015.

"Jadi kami merasa nilai tukar Rp12.500/dolar lebih mencerminkan APBNP 2015," kata Agus.

Ia menuturkan selain faktor kondisi dan tekanan perekonomian global, perubahan asumsi kurs rupiah juga mempertimbangkan neraca transaksi berjalan yang telah mengalami defisit dalam tiga tahun terakhir.

Pada 2013, defisit neraca transaksi berjalan tercatat sebesar 29,1 miliar dolar AS atau 3,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan pada 2014, BI masih memproyeksikan defisit transaksi berjalan di kisaran 3 persen atau sekitar 26 miliar dolar AS.

Adapun pada 2015, BI memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan tetap di atas 3 persen terhadap PDB, karena gencarnya pembangunan infrastruktur akan menaikkan impor barang modal.

"Dengan begitu, kondisi transaksi berjalan kita yang bagaimana masih defisit selama 3 tahun perlu dipertimbangkan," ujarnya.

Bank Indonesia, kata Agus, akan selalu memperhatikan kondisi pasar keuangan, dan tetap fokus untuk menyesuaikan laju pertumbuhan dengan stabilitas perekonomian.

"Tetapi kita tidak ada menargetkan nilai tukar tertentu. Itu hanya asumsi untuk menyimpan postur anggaran," ujar Agus.

Sebelumnya, pemerintah bersama Komisi XI DPR RI sepakat untuk menurunkan asumsi makro dalam rancangan RAPBN-Perubahan 2015. Sejumlah asumsi makro yang berubah selain kurs rupiah terhadap dolar AS adalah pertumbuhan ekonomi dari usulan sebelumnya sebesar 5,8 persen menjadi 5,7 persen, tingkat inflasi 5,0 persen dan suku bunga SPN 3 bulan sebesar 6,2 persen.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015