Sampit (ANTARA) - Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah bersama PT Dharma Lautan Utama (DLU) segera melakukan kajian untuk penyediaan penyeberangan kendaraan roda empat rute Sampit-Seranau Kalteng.
"Kemarin kami sudah ada menjajaki dengan PT Dharma Lautan Utama. Kami akan berkunjung bersama KSOP (Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan) untuk membicarakan dan menganalisa kemungkinan untuk bisa ditempatkan kapal penyeberangan menggunakan kapal RoRo (roll-on/roll-off) yang bisa mengangkut kendaraan roda empat," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kotawaringin Timur Rody Kamislam di Sampit, Senin.
Kecamatan Seranau berada di seberang pusat Kota Sampit. Kecamatan ini dipisahkan oleh Sungai Mentaya dengan lebar sekitar 350 meter.
Rody tidak menampik penjajakan yang dilakukan pemerintah kabupaten untuk menyediakan feri penyeberangan mobil ini setelah rencana pembangunan Jembatan Mentaya dibatalkan.
Awalnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah berencana membangun Jembatan Mentaya yang akan menghubungkan Sampit-Seranau.
Namun belakangan pembangunan jembatan sepanjang 970 meter dengan bentang tengah 200 meter yang diperkirakan menelan biaya sekitar Rp2 triliun itu batal dilaksanakan.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah memutuskan memilih membantu kelanjutan pembangunan jalan di kawasan seberang yang membentang antara Desa Cempaka Mulia Timur Kecamatan Cempaga melintasi Kecamatan Seranau hingga Kecamatan Pulau Hanaut yang berbatasan dengan Kabupaten Katingan.
Guna memuluskan rencana itu, ruas jalan tersebut yang awalnya merupakan jalan kabupaten, dialihkan statusnya menjadi jalan provinsi.
Dari Rp200 miliar dana yang dibutuhkan, kabarnya 2025 ini akan digelontorkan sebesar Rp50 miliar dan akan dilanjutkan pada tahun berikutnya.
Melihat kondisi inilah, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur menilai perlu solusi agar isolasi daerah antara Sampit-Seranau ini bisa diatasi. Caranya adalah dengan menyiapkan feri penyeberangan mobil atau kendaraan roda empat.
Saat ini, armada angkut penyeberangan Sampit-Seranau dilayani dua operator swasta yang melayani kegiatan pengangkutan feri sepeda motor dan penumpang.
Selain itu ada pula kelotok yang dikelola masyarakat, namun lebih diutamakan untuk penumpang.
Jumlah pengguna jasa penyeberangan ini terus bertambah. Berdasarkan data Dinas Perhubungan, jumlah kendaraan roda dua dari Sampit ke Seranau dan sebaliknya yang diangkut setiap harinya berkisar 700-800 unit sepeda motor.
"Kalau bisa masuk kendaraan roda empat ini, harapannya nanti pembangunan di Seranau menjadi semakin terbuka. Apalagi di seberang disiapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus. Kalau di sana dikembangkan wisata juga bagus," ujar Rody.
Baca juga: Warga Kotim Sebabi Keluhkan Pencemaran Sungai Seranau
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Norjani
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025