Shanghai (ANTARA) - Tim peneliti dari China belum lama ini telah mengembangkan sebuah sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) baru yang dapat dipakai untuk membantu para penyandang tunanetra dalam bergerak di lingkungan sekitarnya.

Temuan ini dipublikasikan pada Senin (14/4) dalam jurnal Nature Machine Intelligence.

Sistem itu mengintegrasikan umpan balik visual, pendengaran, dan sentuhan, dengan menggunakan algoritme AI untuk memindai lingkungan sekitar.

Saat pengguna mendekati rintangan atau objek, sistem tersebut akan mengirimkan sinyal untuk memandu mereka melalui gerakan, penanganan objek, dan tugas-tugas visual lainnya sehingga meningkatkan kemandirian mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Terobosan dalam bidang rekayasa biomedis itu dipimpin oleh Gu Leilei, seorang profesor di Universitas Jiao Tong Shanghai, berkolaborasi dengan para peneliti dari Universitas Fudan, Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong, Universitas Normal China Timur serta mitra-mitra lainnya.

Tim peneliti tersebut merancang sistem bantuan yang ramah pengguna ini dengan meningkatkan fungsionalitas melalui algoritma AI yang canggih dan integrasi perangkat keras tanpa hambatan.

Dilengkapi dengan kamera untuk menangkap data visual, sistem tersebut menggunakan AI guna menganalisis lingkungan sekitar, mendeteksi rintangan serta target utama, dan kemudian memberikan instruksi melalui penyuara jemala (headphone) konduksi tulang dan tempelan kulit (skin patch) elektronik yang dipasang pada pergelangan tangan.

Sinyal-sinyal itu memandu pengguna untuk bergerak maju, berbelok ke kiri atau ke kanan atau menyesuaikan jalur mereka secara waktu nyata (real time) hingga mencapai tujuan.

Dalam serangkaian uji coba yang melibatkan robot humanoid dan partisipan penyandang tunanetra, baik di lingkungan virtual maupun di dunia nyata, sistem tersebut menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam efisiensi navigasi.

Para pengguna berhasil bermanuver melalui labirin dan ruangan yang penuh barang serta melakukan tugas-tugas menggenggam objek dengan lebih mudah.

Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025