Washington (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri John Kerry, Senin, memuji Qatar atas bantuannya untuk menyelesaikan kemelut di Yaman.

Milisi Huthi, Minggu, menetapkan batas waktu tiga hari bagi partai politik untuk mengatasi kekosongan kekuasaan di Yaman setelah presiden dan perdana menteri mengajukan pengunduran diri pada bulan lalu.

Serangan Huthi ketika merebut istana presiden dan gedung utama pemerintah pada 20 Januari, telah menjerumuskan negara itu lebih dalam pada krisis dan mendorong Presiden Abedrabbo Mansour Hadi yang didukung Amerika Serikat dan perdana menterinya untuk mengundurkan diri.

Peristiwa itu telah memperumit perjuangan Amerika Serikat untuk melawan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) yang disebut oleh Washington sebagai salah satu cabang Al Qaeda yang paling berbahaya.

Saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Qatar Khalid al-Attiyah di Departemen Luar Negeri, Senin, Kerry mengatakan berterima kasih atas "segala upaya yang dilakukan Qatar, Emir, dan Dr. Attiyah untuk memberikan bantuan. "

"Baru-baru ini, mereka terutama sangat membantu sehubungan dengan Yaman dan upaya kami dalam beberapa hari terakhir untuk menangani beberapa penyesuaian yang diperlukan untuk apa yang telah terjadi di sana," katanya, seperti dikutip AFP.

Saat ditanya kemudian di sebuah forum di majalah Atlantik tentang apa yang dimaksud Kerry, Attiyah tidak memberikan penjelasan rinci.

"Kami sudah berbicara dengan teman-teman kami tentang inisiatif GCC dan bagaimana kami dapat membahas solusi," kata menteri itu.

Pada 2011, kerajaan-kerajaan di Dewan Kerja sama Teluk (GCC) mendesak presiden saat itu untuk menandatangani rencana alih kekuasaan untuk mengakhiri gejolak politik di negara itu.

Namun, krisis baru telah menimbulkan kekhawatiran bahwa negara miskin Yaman, yang terletak di samping negara kaya minyak Arab Saudi, bisa menjadi negara gagal.

Pada pekan lalu, Pentagon mengatakan para pejabat Amerika Serikat melakukan diskusi dengan perwakilan dari milisi Syiah tetapi tidak berbagi intelijen mengenai Al-Qaeda di Yaman.

"Mengingat ketidakpastian politik, adalah adil untuk mengatakan bahwa para pejabat pemerintah Amerika Serikat melakukan komunikasi dengan berbagai pihak di Yaman tentang situasi politik yang sangat kompleks dan cair," kata juru bicara Pentagon John Kirby.

"Wall Street Journal" pada pekan lalu melaporkan bahwa pejabat Amerika Serikat telah melakukan kontak dengan para petempur Huthi, terutama melalui perantara.

"Kami harus bekerja keras agar tidak berakhir dengan menyulut situasi dan dengan tidak sengaja menyasar pejuang Huthi," kata seorang pejabat senior Amerika Serikat kepada The Wall Street Journal.

"Mereka bukan tujuan militer kami. Tujuan kami adalah AQAP dan kami harus tetap fokus pada itu," katanya.

(Uu.G003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015