Jakarta (ANTARA News) - Restorasi lukisan Raden Saleh "Penangkapan Pangeran Diponegoro" memudahkan proses "membaca" lukisan yang dapat mengungkapkan hal-hal baru, kata kurator Jim Supangkat.

Lukisan tersebut menjadi salah satu fokus dari pameran "Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam lngatan Bangsa, dari Raden Saleh hingga Kini " yang berlangsung pada 6 Februari-8 Maret 2015 di Galeri Nasional Indonesia.

"Bagian yang gelap jadi terang sehingga karyanya bisa dibaca," kata Jim di Galeri Nasional Indonesia, Selasa.

"Lukisan ini harus terus diteliti karena ada lapisan kritik (dari Raden Saleh)," lanjut dia.

Lukisan Raden Saleh yang direproduksi dari karya Nicolaas Pieneman, misalnya, menggambarkan uluran kepala pasukan Belanda terlalu besar dibandingkan proporsi tubuh mereka.

Sedangkan komposisi tubuh para pribumi dilukis secara proporsional. Hal ini menyiratkan keberpihakan Raden Saleh pada Pangeran Diponegoro.

Raden Saleh juga memasukkan unsur-unsur berbeda, seperti keadaan pasukan Diponegoro yang tidak membawa senjata. Sementara di lukisan Pieneman, tombak-tombak tergeletak di depan orang-orang Diponegoro.

"Diponegoro ditangkap saat bulan Ramadhan. Tidak ada yang membawa-bawa senjata," ujar Jim.

Ekspresi Diponegoro yang sedang berpuasa pun diperlihatkan seperti sedang menahan amarah namun tetap dengan kepala tegak. Aksesori yang dibawa oleh Diponegoro pun berupa tasbih, sesuai dengan situasi Ramadhan, sesuatu yang tidak disampaikan oleh Pieneman. "Masih banyak kritik yang bisa digali," kata Jim.

Lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro" direstorasi GRUPPE Köln (Cologne, Jerman) yang dipimpin Susanne Erhards.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015