Bojonegoro (ANTARA) - Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Bojonegoro meminta kepada seluruh pengusaha muda di wilayah setempat untuk tidak menahan ijazah karyawan sebagai jaminan.
Ketua BPC HIPMI Kabupaten Bojonegoro, Sholikhuddin Zuhdi, di Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu, menyayangkan adanya praktik penahanan ijazah karyawan seperti yang terjadi di Kota Surabaya.
"Penahanan ijazah hanya alasan supaya mengikat karyawan, tanpa memedulikan nasib karyawan ke depan," katanya.
Menurut Kang Sholek, panggilan akrabnya, apabila memang ada peluang yang lebih bagus bagi karyawan untuk berpindah pekerjaan, hal itu bisa dilakukan asal sesuai periode dan perjanjian kontrak kerja sudah dilaksanakan.
Sehingga, lanjutnya, penahanan ijazah yang dilakukan oleh perusahaan tertentu bukan merupakan solusi yang tepat. Namun, hal yang lebih penting adalah bagaimana pengusaha merekrut karyawan sesuai keahlian yang dibutuhkan dengan perjanjian kontrak kerja.
Sholek menyarankan, para pelaku usaha dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di wilayah setempat bisa membuat sistem rekrutmen dan kontrak kerja yang jelas, sehingga pemilik usaha dan karyawan tidak merasa saling dirugikan.
Agar karyawan tetap loyal, menurutnya dapat diawali dengan sistem rekrutmen yang jelas berdasarkan keahlian dan kemampuan. Setelah itu perusahaan mengadakan pelatihan skill dan pengembangan keterampilan, agar karyawan semakin berkembang.
Selain itu, kepastian jam kerja juga menjadi hal yang penting bagi kedua belah pihak.
"Selain itu, sistem jenjang karir dan tunjangan bonus sesuai perjanjian kerja yang disepakati, serta membuat suasana di lingkungan kerja tercipta rasa kekeluargaan yang nyaman," ungkapnya.
Ditambahkan Sholek, hubungan antara pengusaha dan karyawan adalah saling membutuhkan, untuk itu iklim usaha dan suasana kerja kondusif sangat dibutuhkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi delapan persen seperti yang ditargetkan Presiden Prabowo Subianto.
"Mari kita saling bekerja sama antara pengusaha dan karyawan, mencari solusi yang bagus untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," katanya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah/Muhammad Yazid
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025