Yangon (ANTARA News) - Pemberontak di daerah bergolak perbatasan timurlaut Myanmar pada Kamis menuduh tentara negara itu melancarkan serangan udara, peningkatan pertempuran terkini, yang menewaskan sekitar 20 orang pekan ini.

Juru bicara Tentara Pembebasan Bangsa Taang (TNLA), satu dari dua kelompok utama masih terjebak perang dengan tentara Myanmar, menyatakan dua helikopter tempur menyerang pasukannya di negara bagian utara, Shan, pada Selasa, lapor AFP.

"Pada malam 3 Februari, ada serangan dan beberapa warga desa terluka," kata mayor Tar Pan Hla kepada AFP, dengan menambahkan bahwa tembakan berasal dari dua helikopter.

Bentrokan tentara Myanmar dengan pemberontak kelompok suku kecil pemberontak Myanmar di negara bagian Kachin dan Shan meningkat dalam beberapa pekan belakangan, merusak upaya menengahi gencatan senjata dan mengakhiri berdasawarsa pertumpahan darah di perbatasan.

Media pemerintah pada Jumat menyatakan lima tentara tewas di negara bagian Shan dan empat di negara bagian Kachin sejak Senin. Sebelas pemberontak juga dilaporkan tewas.

Tar Pan Hla menyatakan sembilan tentara Myanmar dan satu petempur TNLA tewas pada Senin ketika bentrokan meletus saat pemberontak mencoba menghancurkan ladang bunga opium.

Pemerintah dan pemberontak sering melaporkan jumlah kematian dari bentrokan berbeda.

Pemerintah Myanmar, yang menggantikan penguasa pada 2011, bertekad mengakhiri perang saudara, yang timbul-tenggelam sejak kemerdekaan, sebagai bagian kunci dari perubahannya.

Tapi, pembicaraan untuk mewujudkan gencatan senjata menyeluruh tersendat akibat ketidakpercayaan lama dan pertempuran terus-menerus, terutama di Kachin, yang membayangi perundingan tersebut.

Kemellut Kachin berkobar sejak gencatan senjata 17 tahun antara pemberontak dengan pemerintah pecah pada 2011, yang menelantarkan hampir 100.000 warga.

Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa setempat pada Kamis menyatakan keprihatinan atas kekerasan, yang berkobar pada bulan lalu di sekitar kota Kachin, Hpakant, daerah kaya giok di dekat perbatasan dengan Tiongkok, yang menjebak ratusan warga.

Petugas Perserikatan Bangsa-Bangsa dan koordinator kemanusiaan untuk Myanmar Renata Dessallien menyatakan sekitar 1.000 warga mengungsi dan 1.000 lagi terkena dampak pertempuran itu.

"Saya mengimbau semua pihak yang terlibat agar mengizinkan pengungsi dan warga lain, yang masih tinggal di dekat daerah perang itu, pindah ke tempat lebih aman," katanya dalam pernyataan, dengan menyerukan jalan bagi kemanusiaan ke daerah tersebut.

Berdasawarsa kemelut berdarah di perbatasan Myanmar tersebut mewariskan ketidakpercayaan mendalam pada tentara.

Kematian akibat kekerasan atas dua guru Kachin pada bulan lalu di negara bagian Shan, diduga dilakukan tentara, juga memicu kemarahan di kalangan suku kecil. Tentara membantah pasukannya bertanggung jawab.

(Uu.B002/T008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015