Jakarta (ANTARA) - Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) membukukan laba bersih Rp2,6 triliun pada tahun 2024, terutama disebabkan oleh beban operasional yang lebih efisien yang menghasilkan perbaikan cost to income ratio (CIR) menjadi 40,4 persen.
“Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh ketegangan geopolitik dan volatilitas pasar, kami tetap waspada dalam menghadapi dinamika pasar yang kompleks, memastikan kami dapat terus menyesuaikan diri dengan perubahan regulasi sambil terus berinovasi dan melayani klien kami," kata CEO Citi Indonesia Batara Sianturi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Batara mencatat, peningkatan laba bersih memberikan kontribusi pada peningkatan return on asset (ROA) menjadi 3,7 persen dari sebelumnya 3,3 persen pada tahun 2023 dengan return on equity (ROE) sebesar 13,7 persen.
Rasio liquidity coverage (LCR) dan rasio net stable funding (NSFR) Citi Indonesia juga tercatat tetap kuat di angka 333,8 persen dan 166,3 persen atau di atas ketentuan minimum.
Citi Indonesia memiliki modal yang kuat dengan rasio kewajiban penyediaan modal (KPMM) sebesar 40,5 persen, meningkat dari 37,9 persen pada tahun sebelumnya.
Batara menyampaikan, bisnis perbankan yang mencakup corporate banking, global network banking, dan commercial banking juga terus mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang positif di tengah kondisi eksternal yang menantang.
Secara khusus, global network banking mencapai hal ini melalui beragam inisiatif, termasuk kinerja koridor Asia-to-Asia yang melayani kepentingan bisnis klien Asia yang berinvestasi di Indonesia.
“Pertumbuhan ini menjadi bukti kerangka bisnis yang kuat yang dibangun selama bertahun-tahun,” kata Batara.
Citi menyampaikan, pihaknya terus menyediakan layanan dan solusi kepada para klien perusahaan lokal, multinasional, lembaga keuangan, dan sektor publik.
Pada tahun lalu, Citi Indonesia terlibat dalam beberapa transaksi penting termasuk bertindak sebagai bank koordinator tunggal dan menyelesaikan kesepakatan fasilitas kredit sindikasi bergulir (syndicated revolving credit facilities) senilai total 200 juta dolar AS dan Rp7,5 triliun untuk PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
Selain itu, Citi Indonesia bertindak sebagai mandated lead arranger bank pada pinjaman sosial senilai 800 juta dolar AS (dari total fasilitas pinjaman berjangka senilai 1 miliar dolar) untuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Bisnis Treasury and Trade Solutions (TTS) di Citi Indonesia juga mencatat pertumbuhan positif pada tahun 2024, didukung oleh pertumbuhan simpanan pihak ketiga dan peningkatan volume pembayaran lebih dari dua kali lipat dari tahun ke tahun.
“Hal ini didorong oleh transaksi digital melalui pembayaran instan dan transaksi corporate card atau kartu korporasi,” kata Batara.
Pada lini bisnis lainnya, Citi Indonesia mencatat bahwa bisnis Investor Services berkontribusi aktif terhadap pengembangan pasar modal Indonesia dan mendukung inisiatif digitalisasi regulator.
Selain itu, Citi Indonesia menegaskan kepemimpinannya dengan kehadiran yang kuat di pasar valuta asing (FX), pendapatan tetap, dan komoditas melalui bisnis Markets.
Baca juga: CEO Citi paparkan efek positif-negatif kemenangan Trump
Baca juga: Citi Indonesia membukukan laba Rp2,2 triliun hingga kuartal III-2024
Baca juga: Citi Indonesia raih penghargaan Euromoney Awards for Excellence 2024
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.