Sasi bukan sekadar hukum adat, tapi juga bentuk konservasi berbasis etika dan spiritualitas. Ini warisan penting yang harus dilibatkan dalam kebijakan nasional

Ambon (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPR) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Maluku Saadiah Uluputty mendorong pentingnya pelibatan kearifan lokal dalam mengatasi krisis iklim.

Menurut Saadiah, masyarakat adat di wilayah timur Indonesia, khususnya Maluku, memiliki tradisi yang sarat nilai konservasi seperti Sasi.

“Sasi bukan sekadar hukum adat, tapi juga bentuk konservasi berbasis etika dan spiritualitas. Ini warisan penting yang harus dilibatkan dalam kebijakan nasional,” kata Anggota Komisi IV DPR RI Saadiah Uluputty, di Ambon, Jumat.

Tradisi ini merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam yang memungkinkan alam memulihkan diri melalui pembatasan aktivitas manusia dalam kurun waktu tertentu.

Baca juga: Kearifan lokal dan teknologi dapat bantu petani hadapi perubahan iklim

Ia menyoroti pembangunan yang mengabaikan keseimbangan ekologis justru mempercepat kerusakan lingkungan. Di Maluku, ia mencatat meningkatnya ancaman terhadap pulau-pulau kecil akibat naiknya permukaan laut serta rusaknya ekosistem laut yang mempersulit kehidupan nelayan tradisional.

Sebagai legislator yang membidangi sektor pertanian, kehutanan, dan kelautan, Saadiah menekankan pentingnya memperkuat kebijakan lingkungan yang melibatkan masyarakat secara aktif.

Ia juga mendorong agar alokasi anggaran untuk konservasi ditingkatkan dan pengawasan di daerah diperkuat. “Bumi tidak bisa menunggu. Kita harus bergerak cepat, tidak hanya mengandalkan regulasi, tetapi juga memastikan implementasinya berjalan dengan baik,” tegasnya.

Saadiah juga menggarisbawahi pentingnya pendidikan ekologis sejak dini. Ia menilai kesadaran mencintai bumi harus ditanamkan pada anak-anak agar mereka tumbuh dengan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan.

Baca juga: WALHI: Krisis iklim berdampak pada kearifan lokal dimiliki perempuan

“Menjaga bumi adalah menjaga kehidupan. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab kita bersama,” katanya.

Saadiah juga mengapresiasi inisiatif komunitas lokal dan pemuda yang mulai aktif melakukan aksi-aksi kecil namun berdampak, seperti penanaman mangrove, bersih pantai, dan pengelolaan sampah mandiri. Ia menilai gerakan akar rumput seperti ini perlu didukung lewat kebijakan dan insentif pemerintah.

Ia menekankan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah daerah, pusat, serta dunia usaha, sangat penting untuk memastikan keberlanjutan ekosistem di wilayah pesisir dan kepulauan. Terlebih, Maluku sebagai daerah maritim memiliki posisi strategis dalam menjaga ekosistem laut Indonesia.

“Jika kita gagal melindungi daerah-daerah terdepan seperti Maluku, kita bukan hanya kehilangan wilayah, tapi juga kehilangan identitas kita sebagai bangsa maritim,” ucap Saadiah.

Baca juga: Legislator nilai DPR harus perjuangkan UU tentang krisis iklim

Pewarta: Winda Herman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025