Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menegaskan diversifikasi pasar ekspor menjadi strategi pemerintah untuk memperluas jangkauan dagang, bukan semata menanggapi kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat Donal Trump.
"Kita mendiversifikasi pasar ekspor kita. Jadi, this is not a response to the Trump policies, kita sudah melakukan cukup lama bagaimana memperluas pasar internasional kita," kata Wamendag dalam acara Halal Bihalal dan Forum Group Discussion yang diselenggarakan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) di Menara Kadin Jakarta, Jumat.
Baca juga: Airlangga: RI bidik pasar ekspor baru ke negara BRICS hingga CPTPP
Dia menyampaikan pemerintah terus memperluas kerja sama melalui sejumlah perjanjian dagang seperti Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Free Trade Agreement (FTA) secara strategis dengan berbagai negara.
Negara-negara tujuan mencakup Australia, Korea Selatan, wilayah Afrika, dan Timur Tengah, dengan harapan membuka akses pasar baru bagi produk Indonesia yang memiliki daya saing tinggi di tingkat internasional.
"These are non-conventional trading partners. Tapi kami melihat bahwa ada potensi yang bisa kita gali untuk market tersebut," ujarnya.
Dia menyebutkan hingga kini Indonesia telah memiliki 21 perjanjian dagang yang berlaku dengan berbagai negara mitra, dan terdapat 16 perjanjian lainnya yang masih dalam proses perundingan untuk memperluas peluang ekspor nasional.
Baca juga: Kemendag siap bantu pelaku usaha lakukan diversifikasi pasar
Salah satu perjanjian penting adalah Indonesia-Kanada CEPA yang berpotensi membuka pasar berpenduduk 51 juta jiwa dan produk domestik bruto (PDB) senilai 2,2 triliun dolar AS untuk produk bersertifikat halal.
"So the halal industry is a big one dan mempunyai potensi besar untuk Kanada hingga makanan laut ataupun produk pertanian," katanya.
Indonesia-Peru CEPA juga sudah diumumkan oleh Presiden Peru dan Prabowo Subianto sebagai kesepakatan yang secara substansi telah rampung, membuka peluang ekspor produk kelapa sawit, karet, farmasi, dan tekstil.
Pemerintah juga mendorong penyelesaian perjanjian dagang dengan Uni Eropa yang memiliki nilai produk domestik bruto sebesar 18,6 triliun dolar AS dan terbuka terhadap produk ramah lingkungan dari Indonesia.
Komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris turut mendukung kerja sama ini karena Indonesia berupaya memperluas ekspor produk berkelanjutan seperti furnitur, tekstil, serta teknologi energi baru dan terbarukan.
"Jadi memang we have a sustainable market di Uni Eropa. Banyak sekali upaya yang dilakukan oleh pemerintah di sana untuk menggaungkan, merealisasikan, membuka akses untuk menciptakan masa depan yang berlanjutan," kata Wamendag.
Baca juga: Jateng berupaya perluas ekspor ke pasar selain AS
Baca juga: Indonesia tampilkan produk unggulan di pameran dagang Tripoli 2025
Baca juga: Indonesia akan masuki pasar eropa dengan komoditas energi hijau
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2025