Sanaa (ANTARA News) - Ribuan warga Yaman di ibu kota Sanaa dan kota Taiz, Rabu, menggelar unjuk rasa terbesar untuk memprotes pengambil-alihan kekuasaan oleh kelompok milisi Houthi.

Ratusan orang di ibu kota berhadap-hadapan langsung dengan milisi Houthi yang tengah mengamankan sejumlah gedung pemerintahan. Anggota Houthi terlihat menembakkan senjata api ke udara dan mengacungkan pedang ke arah kerumunan.

Kelompok Houthi yang didukung oleh Iran menyebut pengambil-alihan kekuasaan yang mereka lakukan sebagai revolusi yang diperlukan untuk menghapus kemiskinan dan korupsi di Yaman. Namun demikian, sejumlah negara Teluk yang beraliran Sunni mengatakan bahwa tindakan Houthi adalah kudeta.

Yaman sendiri adalah negara sekutu Amerika Serikat dalam hal perang melawan teror kelompok Al Qaeda. Kekuasaan Houthi diperkirakan akan mengakhiri hubungan baik itu.

Duta besar Amerika Serikat dan staf diplomatiknya telah meninggalkan Yaman pada Rabu setelah menghancurkan sejumlah senjata, komputer dan dokumen penting..

"Tindakan unilateral pada beberapa hari terakhir telah merusak transisi politik di Yaman dan memperbesar risiko kekerasan baru yang mengancam keselamatan warga Yaman dan komunitas diplomatik di sana," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Jen Psaki, seperti dipetik Reuters.

Prancis dan Inggris kemudian mengikuti langkah Amerika Serikat pada Rabu sementara Jerman akan menghancurkan sejumlah dokumen sensitif terlebih dahulu sebelum menutup kedutaannya.

Menanggapi hal itu, anggota biro politik Houthi Abdul Malik al-Ijri, mengatakan bahwa penutupan sejumlah kedutaan "tidak bisa dibenarkan sama sekali. Pemerintahan dari negara-negara sahabat akan menyadari kebutuhan untuk berhubungan baik dengan Yaman berdasarkan prinsip saling menghormati."

Kelompok Houthi sudah menguasai Sanaa sejak September 2014 namun baru secara formal mengambil alih kekuasaan pada pekan lalu.

Saat ini Houthi tengah memperlebar daerah kekuasaannya ke selatan dan memunculkan kekhawatiran akan pecahnya perang saudara.

Wilayah selatan saat ini memang masih dikuasai oleh kelompok Sunni yang telah mempersenjatai diri sendiri dan dalam beberapa kasus bekerja sama dengan organisasi Al Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP).

AQAP adalah salah satu cabang jaringan Al Qaeda yang paling kuat dan telah berulangkali menyerang Houthi dengan bom.

Di sisi lain, muncul dugaan bahwa pasukan Houthi saat ini mendapat kekuatan baru setelah sejumlah unit militer yang loyal terhadap mantan presiden Ali Abdullah Saleh memutuskan untuk bergabung.

Saleh adalah penguasa Yaman selama 33 tahun yang dinilai berhasil mendamaikan konflik kepentingan antar kelompok suku bersenjata di negaranya. Dia menyebutnya sebagai "menari di atas kepala ular-ular."

Dia kemudian digulingkan dalam gelombang "Kebangkitan Arab" pada 2011. Setelah Saleh tumbang, transisi politik di Yaman ditulis oleh sejumlah negara Teluk yang semuanya merupakan lawan dari Houthi.

Negara-negara itu kini menyebut tindakan Houthi sebagai kudeta.

(Uu.G005)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015