Jakarta (ANTARA News) - Produsen ponsel asal Tiongkok Xiaomi memutuskan untuk tidak meluncurkan handset-nya di Amerika Serikat dengan alasan tingginya tingkat penetrasi smartphone di Amerika.

Tidak hanya itu, dalam acara jumpa pers di Silicon Valley kemarin, seperti dilansir situs teknologi Tech In Asia, Xiaomi mengungkap masalah paten di mana Xiaomi tidak memiliki banyak paten sendiri, dan subsidi operator.

Di Amerika Serikat, sebagian besar pembelian smartphone terikat dengan rencana yang spesifik dan operator telekomunikasi tertentu.

Operator telekomunikasi mensubsidi harga ponsel dengan imbalan kontrak layanan multi-tahun dari pelanggan. Jika seseorang membeli iPhone 6 di New York, misalnya, ia dapat mendapakan handset tersebut hanya dengan 200 dolar AS, selama ia juga mendaftar untuk dua tahun layanan mobile dengan salah satu operator nirkabel iPhone.

Hal ini kontras dengan sebagian besar pasar di Asia, di mana ponsel biasanya dijual terpisah dari operator telekomunikasi. Jika seseorang ingin membeli iPhone 6 di Tiongkok, ia harus mengeluarkan uang lebih dari 800 dolar AS, dan hal tersebut merupakan jawaban mengapa handset low-cost seperti Xiaomi sukses di pasar Asia.

Dengan subsidi operator sendiri, ponsel Xiaomi di Amerika dengan kontrak operator dua tahun hampir pasti akan bebas biaya. Sementara itu, harga iPhone yang hanya 200 dolar AS berarti bahwa Xiaomi menghemat uang pelanggan Amerika hanya 200 dolar AS. Sebaliknya, di Tiongkok, seorang konsumen yang memilih Xiaomi dibanding Apple akan menghemat lebih dari 500 dolar AS.

Prevalensi subsidi operator di Amerika Serikat inilah yang membuat Xiaomi harus berpikir dua kali. Tanpa harga yang "menggoda", Amerika Serikat kemungkinan akan menjadi pasar yang sulit untuk Xiaomi.


Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015