Lashio, Myanmar (ANTARA News) - Myanmar Selasa memberlakukan keadaan darurat di kawasan perbatasan yang dilanda konflik, tempat pertempuran sengit antara tentara dan pemberontak etnis yang menyebabkan ribuan orang menyelamatkan diri dari serangan-serangan udara dan bentrokan senjata.

Warga sipil menjadi sasaran serangan dalam bentrokan-bentrokan mematikan antara tentara dan pemberontak Kokang di negara bagian Shan, kata para pejabat setempat, lapor AFP.

Dalam sepekan terakhir ribuan orang menyelamatkan diri dengan mengungsi ke Tiongkok, yang telah menyuarakan kecemasan atas peningkatan banjir darah itu.

"Situasi telah berkembang serius dan berisiko terhadap keselamatan jiwa orang-orang, jadi keadaan darurat diberlakukan mulai hari ini," menurut Kementerian Penerangan Myanmar dalam pernyataan yang menyebutkan langkah-langkah di kawasan Kokang, negara bagian Shan, tempat konflik terjadi sejak 9 Februari.

Dalam satu pengumuman terpisah disebutkan panglima tentara Myanmar mengendalikan sepenuhnya "hukum dan stabilitas" di kawasan tersebut.

Sai Shwe Win, seorang petugas di dinas kebakaran Lashio, mengatakan puluhan warga sipil yang berada di dalam truk mendapat serangan ketika mereka berusaha menyelamatkan diri dari pertempuran di kawasan itu Selasa pagi. Satu orang dilaporkan tewas dan satu orang lagi luka-luka.

Satu rumah ibadah di kota Lashio, sekitar 140 kilometer sebelah selatan zona konflik, telah menjadi tempat penampungan sementara bagi ribuan orang yang telah menyelamatkan diri, sebagian besar membawa tak lebih daripada tas-tas plastik berisi barang-barang apa adanya.

Di pihak Tiongkok, Beijing menyatakan telah meningkatkan pengawasan di perbatasan setelah sekitar 30.000 orang melarikan diri masuk ke Provinsi Yunnan.


Warga Sipil Diserang

Arus warga sipil terus berlanjut hingga Selasa malam dan mereka membawa laporan bahwa benrokan-bentrokan sengit terjadi di wilayah perbukitan di sepanjang perbatasan.

Seorang wanita yang berusia 40 tahun tampak kelelahan setelah menyelamatkan diri bersama dengan puteranya yang berusia tiga tahun pada Selasa. Dia mengatakan dirinya mendengar tembakan senjata sementara keluarga itu menyelamatkan diri.

"Tiap malam kami merasa takut. Saya gemetar karena takut," kata dia kepada kantor berita AFP, meminta untuk tak disebutkan jatidirinya.

Bentrokan-bentrokan antara warga Kokang yang beretnis Tionghoa dan tentara berlokasi di Laukkai, permukiman Kokang, satu kota di dekat perbatasan yang ditinggal warganya.

(Uu.M016)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015