Kedua kabar baik dari kuartal pertama ini terkait tingginya penyerapan tenaga kerja dan dominasi PMDN memberi sinyal bahwa Indonesia berada di persimpangan yang menjanjikan

Jakarta (ANTARA) - Informasi realisasi investasi kuartal pertama tahun 2025 menyimpan dua berkah besar yang patut disorot secara lebih mendalam daripada sekadar angka-angka makroekonomi, yakni penyerapan tenaga kerja yang signifikan dan bangkitnya dominasi investor lokal.

Keduanya bukan hanya kabar baik dari sisi statistik, melainkan indikator penting tentang arah pertumbuhan dan daya tahan ekonomi nasional ke depan.

Pernyataan Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani mengenai penyerapan lebih dari 594 ribu tenaga kerja dari investasi baru, serta lonjakan pertumbuhan penanaman modal dalam negeri, menandai dua momentum yang jika dimanfaatkan dengan tepat, bisa membawa transformasi struktural pada perekonomian Indonesia.

Di tengah riuh rendah pemberitaan soal pemutusan hubungan kerja di sektor manufaktur, terutama dalam enam bulan terakhir, fakta bahwa hampir 600 ribu orang terserap dalam aktivitas investasi merupakan angin segar yang tidak boleh diabaikan.

Seperti dikemukakan Christiantoko, Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center, capaian ini memiliki makna strategis yang sering kali luput dari perhatian publik karena narasi dominan yang terlanjur berfokus pada sisi suram dari gejolak industri.

Dalam konteks ini, realisasi investasi bukan hanya urusan modal dan infrastruktur, melainkan juga urusan penghidupan dan martabat manusia.

Ketika hampir 600 ribu orang mendapat kesempatan bekerja, kita berbicara tentang 600 ribu rumah tangga yang bisa menjaga daya beli, pendidikan anak, dan akses kesehatan.

Lapangan kerja adalah fondasi paling konkret dari pembangunan ekonomi yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

Lebih jauh, Christiantoko menegaskan bahwa konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 54 persen terhadap PDB nasional.

Artinya, penyerapan tenaga kerja secara langsung menjaga mesin utama perekonomian tetap menyala. Dalam sistem ekonomi seperti Indonesia, di mana sebagian besar masyarakat berada dalam kelas menengah bawah, hubungan antara pekerjaan dan ketahanan ekonomi sangatlah erat.

Maka tidak berlebihan jika disebut bahwa keberhasilan menyerap ratusan ribu tenaga kerja lewat investasi, adalah bentuk nyata dari strategi pembangunan inklusif.

Presiden Prabowo pun telah membentuk Satgas PHK sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi tenaga kerja nasional, dan data investasi ini bisa menjadi bahan evaluasi sekaligus bahan bakar optimisme dalam menata strategi ketenagakerjaan ke depan.

Baca juga: Singapura masih investor asing terbesar di Indonesia, diikuti Hong Kong dan China

Baca juga: Rosan: Realisasi investasi Triwulan I/2025 capai Rp465,2 triliun, naik 15,9 persen


Investor Domestik

Namun tak kalah penting adalah berkah kedua dari laporan investasi tersebut yakni bangkitnya gairah investor domestik.

Selama bertahun-tahun, penanaman modal asing (PMA) mendominasi struktur investasi Indonesia. Pada 2022 misalnya, PMA menyumbang 54,2 persen dari total investasi, dan pada 2024 masih sebesar 52,5 persen.

Dalam sistem ekonomi terbuka, peran PMA tentu penting, terutama dalam hal transfer teknologi dan penguatan kapasitas industri.

Tapi ada tantangan mendasar jika ketergantungan terlalu besar pada investasi asing, yaitu kerentanan terhadap dinamika global, ketidakpastian geopolitik, dan aliran modal yang tidak selalu dapat dikendalikan oleh kebijakan nasional.

Di sinilah signifikansi data kuartal pertama 2025 menjadi mencolok. Dengan pertumbuhan PMDN sebesar 19,1 persen year-on-year, jauh mengungguli PMA yang hanya tumbuh 12,7 persen, kontribusi investor lokal akhirnya melampaui investor asing, 50,5 persen dari total realisasi investasi kini berasal dari dalam negeri.

Ini bukan sekadar statistik, tapi representasi dari perubahan arah dalam strategi ekonomi nasional. Kemandirian ekonomi bukan sekadar jargon politik, ia menjadi mungkin jika pelaku usaha lokal berani menanam modalnya, melihat masa depan di dalam negeri, dan membangun pertumbuhan dari kekuatan internal.

Fenomena ini banyak dilihat sebagai tanda adanya gairah baru di kalangan pengusaha lokal.

Optimisme semacam ini harus dirawat dengan kebijakan yang presisi bahwa kepastian hukum, insentif fiskal yang tepat sasaran, dan penyederhanaan birokrasi harus terus diupayakan agar tidak menjadi sekadar anomali sementara.

Apalagi, dalam narasi Presiden Prabowo, kemandirian ekonomi selalu mendapat porsi utama.

Bila pelaku usaha lokal menjadi penggerak utama investasi, maka sirkulasi uang yang dihasilkan juga akan lebih banyak berputar di dalam negeri.

Implikasinya adalah penguatan kapasitas fiskal domestik, meningkatnya pendapatan daerah, dan pengurangan ketergantungan terhadap aliran dana luar negeri yang fluktuatif.

Hal ini juga membuka ruang baru bagi konsolidasi sektor-sektor strategis nasional.

Ketika modal lokal lebih dominan, peluang untuk membangun jaringan industri yang saling terkait juga semakin besar, termasuk membentuk ekosistem yang kuat di sektor energi terbarukan, pertanian modern, teknologi informasi, dan manufaktur berbasis sumber daya dalam negeri.

Dalam konteks ini, investasi menjadi lebih dari sekadar instrumen pertumbuhan ekonomi; ia menjadi alat transformasi struktural.

Kontribusi investasi terhadap PDB pada tahun 2024 mencapai 29 persen, dan ruang untuk peningkatan kontribusi itu masih sangat terbuka.

Namun peningkatan tersebut hanya akan bermakna jika disertai oleh pergeseran kualitas investasi: dari padat modal ke padat karya, dari ekstraktif ke produktif, dari terpusat ke tersebar, dari orientasi jangka pendek ke berkelanjutan.

Kedua kabar baik dari kuartal pertama ini terkait tingginya penyerapan tenaga kerja dan dominasi PMDN memberi sinyal bahwa Indonesia berada di persimpangan yang menjanjikan.

Yang dibutuhkan sekarang adalah keberanian untuk menjadikannya fondasi kebijakan jangka panjang, bukan hanya sebagai pencapaian sesaat.

Dengan kata lain, dua berkah dari realisasi investasi ini bukan hanya cerita sukses, tapi panggilan untuk memperkuat arsitektur ekonomi nasional.

Jika investasi terus diarahkan untuk menyerap tenaga kerja dan memperkuat peran pemodal domestik, maka ekonomi Indonesia tidak hanya tumbuh, tetapi juga berdiri di atas pijakan yang kokoh dan berdaulat.

Baca juga: Rosan sebut Danantara beri keyakinan investor untuk tanam modal di RI

Baca juga: Investasi asing langsung Indonesia tumbuh 12,7 persen pada Q1 2025

Copyright © ANTARA 2025