Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA mulai Desember akan menyebarkan berita dengan televisi plasma yang ditempatkan di lokasi strategis, seperti di Istana Presiden dan Wapres, perbelanjaan dan bandara. "Kita mau tidak mau harus mengikuti persaingan. Kita tidak bisa melihat persaingan di depan mata kita, lalu kita tidur," kata Pemimpin Umum LKBN ANTARA Asro Kamal Rokan di sela-sela seminar Revitalisasi Peran Kantor Berita Nasional di Era Konvergensi Media, di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu. Dalam kaitannya dengan rencana ANTARA berubah status menjadi Perusahaan Umum (Perum) dan terkait pelayanan multimedia ANTARA termasuk layanan tv plasma, "blue print" ANTARA lima tahun ke depan, maka diperlukan penyertaan modal negara sekitar Rp500 miliar. Khusus untuk pemasangan tv plasma, MoUnya akan direncanakan akan dilakukan pada 26 Desember dengan Bursa Efek Jakarta dan PT Info Media Nusantara pada puncak hari ulang tahun ke-69 LKBN ANTARA. Asro menjelaskan, jika LKBN ANTARA tidak menyongsong era multimedia, maka kantor berita yang didirikan oleh Adam Malik dan kawan-kawan pada masa perjuangan Indonesia itu akan berakhir. Oleh sebab itu, selain memberikan layanan pemberitaan teks, foto, televisi yang telah dibentuk setahun lalu dan layanan tv plasma pertengahan Desember 2005, ANTARA juga akan memberikan layanan berita melalui radio dan sms. "Televisi ANTARA tidak sama dengan televisi yang lain. Kita menyediakan berita untuk televisi dan ada 40 televisi lokal yang dapat menjadi pangsa pasar," ujarnya. Sebagai jendela Indonesia untuk nasional dan internasional, LKBN ANTARA setiap hari memproduksi 800 berita dari seluruh Indonesia atau dari luar negeri dan sampai saat ini telah memasok berita teks dan foto ke 250 media cetak dan televisi, 100 lebih radio, serta kantor berita di seluruh dunia. "ANTARA telah menyiarkan 60 berita dalam bahasa Inggris dan 40 berita dalam bahasa Arab ke mancanegara. Saat ini juga telah disiapkan pemasokan berita dalam bahasa Mandarin dan Perancis," katanya. Ketika menyinggung mengenai layanan pada Sabtu-Minggu yang mengalami kemorosotan dalam jumlah yang disajikan jika dibandingkan hari kerja, Asro menjelaskan, pihaknya terus melakukan perubahan. "Sekarang telah dilakukan perubahan, tetapi itu tidak dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan. Kita akan memfokuskan pada layanan Sabtu Minggu. Sudah ada tim untuk menangani pemberitaan Sabtu Minggu, karena memang peristiwa seperti pesawat jatuh atau kecelakaan kereta api, tidak memandang hari," kata Asro. Dalam acara seminar itu, tampil sebagai pembicara antara lain, Penasihat Korporasi Media Indonesia Djafar H. Assegaf, Koordinator Program Magister Managemen Komunikasi Politik UI, Effendi Gazali, Sekretaris Tetap Konfederasi Jurnalis ASEAN, Abdul Razak dan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Toriq Hadad.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006