Ini momentum yang tetap untuk memulai suatu kompetisi dengan aturan yang jelas dan mekanisme yang benar."
Jakarta (ANTARA News) - Setelah polemik panjang soal kesiapan klub-klub peserta, kompetisi sepak bola Liga Super Indonesia (Indonesia Super League/ISL) akhirnya ditunda hingga 4 Maret 2015.

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pekan lalu mengumumkan penundaan pembukaan pertandingan (kick-off) kompetisi kasta tertinggi sepak bola di Indonesia itu, yang semula dijadwalkan sudah dimulai 20 Februari 2015.

Dengan demikian, masyakarat penggemar sepak bola di Tanah Air masih harus menunggu sekitar dua pekan lagi untuk menyaksikan kompetisi tersebut.

Menyelenggarakan kompetisi sepakbola profesional yang ideal, ternyata bukan perkara mudah, meskipun gelaran seperti ini buka hal baru bagi PSSI beserta perangkatnya.

Hingga beberapa hari menjelang kompetisi dimulai berdasarkan jadwal semula, ternyata persyaratan yang diminta oleh Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) belum juga dipenuhi.

"Berdasarkan hasil verifikasi dari BOPI, klub-klub ISL maupun PT Liga Indonesia belum memenuhi persyaratan yang ditentukan menurut standar regulasi FIFA, AFC, maupun UU SKN," kata Menpora Imam Nahrawi saat mengumumkan penundaan kompetisi ISL pekan lalu.

Di antara hal-hal yang menjadi alasan penundaan adalah sebagian klub belum memiliki kesepakatan dengan pengelola stadion, belum melampirkan bukti pembayaran pajak dan sebagainya.

Rekomendasi BOPI merupakan syarat mutlak, khususnya bagi klub-klub peserta ISL.

Tanpa persetujuan dari BOPI, pihak kepolisian juga tidak akan bisa memberi izin pertandingan di stadion.

Kemenpora selaku otoritas tertinggi olahraga Indonesia juga memperhatikan peran BOPI karena terkait UU sistem keolahragaan nasional.

Penundaan selama dua pekan ternyata bukan hal sederhana, baik bagi klub-klub, maupun pihak PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi itu.

Sejumlah klub mengklaim mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah, karena seharusnya mereka sudah bisa memperoleh pemasukan dari tiket pada pertandingan awal, sementara para pemain harus tetap digaji.

Selain itu ada juga kerugian non-material yang terkait penundaan itu.

"Adanya pengunduran jadwal LSI 2015 mengganggu mental pemain, sebab saat latihan pemain yang sudah dipersiapkan menghadapi laga perdana pada 21 Februari 2015 lawan Persiram Raja Ampat, ternyata batal," kata Humas Persela, Arief Bachtiar.

Konsekuensi berantai

Sementara itu CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono mengatakan, pihaknya menghormati keputusan Kemenpora, meskipun banyak konsekuensi berantai dari penundaan itu.

Menurut dia, penundaan kick off ISL 2015 dipastikan akan berpengaruh persepakbolaan nasional, termasuk dengan elemen pendukung seperti pihak sponsor yang selama ini telah melakukan kerja sama.

Penundaan selama dua pekan, kata dia, bisa dikatakan sebuah ketidakpastikan karena jika semua permintaan BOPI untuk melengkapi data kontrak pemain hingga masalah pajak tidak terpenuhi bisa saja konsekuensi lain yang harus ditanggung.

"Penundaan selama dua pekan sama saja dengan dua bulan. Ini sangat serius karena akan berkaitan dengan jadwal secara keseluruhan," katanya.

Ketua Umum PSSI Djohar Arifin juga mengingatkan kerugian yang besar yang harus diantisipasi karena penundaaln jadwal ISL ini, yakni persiapan tim nasional (timnas).

Pihak PSSI harus bisa menjamin kepentingan timnas dan klub-klub tidak saling berbenturan.

Di tahun 2015 terdapat sejumlah event penting yang harus diikuti tim nasional seperti SEA Games 2015 di Singapura, dan babak kualifikasi Olimpiade, prakualifikasi Piala Dunia, dan sejumlah turnamen yang masuk dalam kalender AFC dan FIFA.

Timnas sendiri sudah menjadwalkan sejumlah pertandingan uji coba. Dengan adanya penjadwalan ulang kompetisi ISL tentunya timnas harus mengatur kembali programnnya.

Pengalaman pahit timnas senior pada Piala AFF tahun 2014 seharusnya tidak terulang.

Ketika itu pelatih Alfred Riedl baru bisa mendapatkan skuad lengkap seminggu menjelang dimulainya turnamen Piala AFF di Vietnam. Itupun dengan pemain-pemain yang sudah kelelahan setelah kompetisi ISL.

Akibatnya pun langsung terlihat. Firman Utina dan kawan-kawan kandas di babak penyisihan Piala AFF, bahkan untuk pertama kalinya harus menelan kekalahan telak 0-4 dari tim pendatang baru Filipina.

"Sulit untuk membentuk tim yang kuat jika para pemain tidak dalam performa terbaik karena staminanya sudah habis di kompetisi," kata Riedl ketika itu.

Meskipun demikian, penundaan ISL ini diharapan tetap ada hikmahnya dalam membangun persepakbolaan Indonesia yang lebih baik.

"Ini momentum yang tetap untuk memulai suatu kompetisi dengan aturan yang jelas dan mekanisme yang benar," kata Menpora.

Dalam waktu dua pekan ini klub dan PT Liga Indonesia memiliki waktu untuk bisa memenuhi semua persyaratan sesuai yang telah ditentukan berdasarkan standar regulasi FIFA dan AFC serta Undang-Undang Standar Keolahragaan Nasional.

Permasalahan seperti pemain yang tertunda gajinya atau sengketa lainnya seharusnya sudah bisa diselesaikan sebelum kompetisi dimulai.

Komunikasi yang harmonis juga harus dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait, seperti PSSI, PT Liga Indonesia, klub-klub peserta, dan BOPI, sehingga masalah-masalah administratif yang bisa menghambat penyelenggara kompetisi bisa terselesaikan tepat waktu.

Waktu dua menjadi sangat krusial, karena jika ada penundaan lagi, maka kemungkinan makin banyak lagi yang dirugikan dan memperburuk citra persepakbolaan nasional.

Oleh Teguh Handoko
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015