Aswan (ANTARA) - Dalam edisi terbarunya, Festival Film Perempuan Internasional Aswan (Aswan International Women Film Festival/AIWFF) kesembilan menyoroti fokusnya pada kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dengan menayangkan 72 film dari sekitar 30 negara serta panel-panel yang membahas berbagai tantangan sosial yang dihadapi oleh perempuan di seluruh dunia, demikian ungkap penyelenggara.

Diselenggarakan di bawah perlindungan kementerian kebudayaan dan pariwisata Mesir, festival yang berlangsung pada 2 hingga 7 Mei ini mencakup diskusi-diskusi publik tentang berbagai topik, seperti dukungan institusional bagi hak-hak perempuan dan sejarah perempuan Mesir dalam seni visual.

Festival ini juga meluncurkan "Nut Forum for Women's Issues," yang menampilkan sejumlah film pendek dan debat tentang mutilasi alat kelamin perempuan, pernikahan di bawah umur, dan kekerasan berbasis gender di bawah inisiatif "Stars for Change."

"Festival ini menggunakan sinema untuk menyoroti perjuangan perempuan, tidak hanya di Mesir tetapi juga di seluruh dunia. Nut Forum dihadiri oleh para pakar dan seniman untuk menjawab tantangan-tantangan nyata," ujar Direktur AIWFF Hassan Abu Al-Ela kepada awak media.

Dia menyoroti kian luasnya jangkauan publik tahun ini, termasuk pemutaran film dan diskusi di alun-alun utama dan perpustakaan umum Aswan, yang bertujuan untuk melibatkan audiens yang jarang mengunjungi bioskop tradisional.

Kompetisi-kompetisi menampilkan 10 film panjang dan 20 film pendek dari berbagai negara, termasuk Nigeria, Uni Emirat Arab, Swiss, dan Argentina, dengan tema-tema yang berpusat pada realitas sosial dan politik kaum perempuan.

Aktris Mesir Dalia El Behery, yang juga menjadi anggota juri film panjang, memuji keragaman film yang masuk, pilihannya kuat dan sangat bervariasi, mencerminkan perspektif global yang sesungguhnya.

Didukung oleh Dewan Nasional Mesir untuk Perempuan, Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), dan Uni Eropa, festival ini menekankan peran sinema sebagai alat untuk advokasi sosial.

Penyelenggara mengatakan bahwa perpaduan seni dan aktivisme menarik partisipasi publik yang lebih luas tahun ini, sejalan dengan upaya Mesir untuk memosisikan diri sebagai pusat regional untuk diplomasi budaya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025