Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan pihaknya mengadakan diskusi strategis dengan Pharmaceutical Security Institute (PSI) guna membahas langkah-langkah konkret dalam memerangi obat palsu di Indonesia.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, Kepala BPOM Taruna Ikrar menyebutkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk terus meningkatkan pengawasan dan memastikan produk farmasi yang beredar di pasaran aman dan berkualitas. Adapun salah satu poin utama dalam pertemuan tersebut adalah rencana kolaborasi dalam bentuk webinar untuk Mei 2025.

Dia menjelaskan, rencananya webinar ini untuk meningkatkan kapasitas pegawai BPOM dalam menangani kejahatan di bidang farmasi dan mengedukasi publik tentang bahaya obat palsu.

“Dalam hal ini, kami juga ingin mengeksplorasi kemungkinan untuk mengusulkan topik-topik spesifik yang sesuai dengan kebutuhan kami saat ini. Sangat bermanfaat jika webinar tersebut mencakup topik-topik terkait penipuan farmasi dan obat palsu guna menangani tantangan ini secara lebih efektif,” ujar Taruna melanjutkan.

Dalam kesempatan ini dibahas juga konsep nota kesepahaman yang disusun oleh PSI. Taruna pun menyambut baik usulan kerja sama strategis ini, yang akan menjadi landasan hukum bagi pertukaran informasi dan kerja sama lebih lanjut di masa depan. Dia menyebutkan bahwa nota kesepahaman itu akan mencakup berbagai aspek, termasuk upaya penegakan hukum dan berbagi pengalaman intelijen mengenai kejahatan di bidang farmasi.

Dalam keterangan yang sama, CEO PSI Todd Ratcliffe menawarkan sesi dua jam yang akan membahas tren terbaru dalam kejahatan di bidang farmasi, serta teknik untuk mengidentifikasi obat palsu di pasar. Adapun sebelumnya BPOM telah menerima undangan tawaran pelaksanaan webinar ini dari Regional Director Asia Pacific PSI Ramesh Raj Kishore.

Taruna pun mengapresiasi undangan pelaksanaan webinar dan akan meninjau alternatif waktu untuk disepakati bersama dengan PSI. Menurut dia, kerja sama dengan PSI sangat penting untuk membangun sistem peringatan dini dan meningkatkan kapasitas petugas pengawasan di Indonesia.

"Dengan berbagi intelijen dan pengalaman, kami yakin dapat memperkuat pengawasan serta menjaga kualitas dan keamanan obat yang beredar di masyarakat," ujarnya.

Dengan semakin berkembangnya ancaman kejahatan farmasi, BPOM dan PSI berkomitmen untuk terus memperkuat kolaborasi dan mengambil langkah-langkah preventif yang lebih efektif dalam memerangi obat palsu dan melindungi masyarakat Indonesia dari bahaya produk farmasi palsu dan ilegal.

Adapun PSI, yang berbasis di Vienna, Virginia, Amerika Serikat, merupakan asosiasi perusahaan farmasi global yang didirikan pada 2002 di Washington D.C dengan tujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat dari ancaman obat palsu dan ilegal.

PSI bekerja sama dengan lebih dari 40 produsen farmasi di seluruh dunia. Pada 2023, PSI telah mencatat lebih dari 6.800 insiden kejahatan di bidang farmasi. Hal ini menunjukkan betapa signifikan ancaman obat palsu bagi kesehatan global.

Baca juga: BPOM sebut buka peluang bagi PMII berkontribusi dalam MBG
Baca juga: BPOM pastikan layanan farmasi penuhi standar cegah isu kesehatan

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.