Perlu kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, sehingga kendala kultural yang menjadi kendala dalam penerapan pendidikan inklusif dapat teratasi
Denpasar (ANTARA) - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengungkapkan dua kendala dalam penerapan pendidikan inklusif di Indonesia.
Abdul Mu'ti di Denpasar Kamis menyatakan, dua kendala tersebut berkaitan dengan belum siapnya elemen satuan pendidikan yang ramah terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.
"Yang pertama, memang belum seluruh satuan pendidikan itu siap, karena memang membutuhkan pendidik yang lebih, sehingga nanti ada konsekuensi penambahan biaya pembelajaran," katanya.
Baca juga: Refleksi Hardiknas dan kesetaraan belajar bagi penyandang disabilitas
Dia mengatakan, untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif dibutuhkan guru yang memahami anak yang berkebutuhan khusus.
Kendala kedua yang dikatakan Mu'ti, yakni kendala kultural di mana belum semua orang tua siap jika anak-anaknya belajar dengan anak yang penyandang disabilitas.
Karena itu, edukasi kepada masyarakat menjadi langkah penting dan strategis untuk membangun iklim pendidikan yang inklusif.
Baca juga: Mendagri minta pemda atensi Sekolah Rakyat untuk pendidikan inklusif
"Edukasi kepada masyarakat bahwa pendidikan inklusif itu bagian dari kita membangun masyarakat yang memiliki keberterimaan terhadap penyandang disabilitas dan juga bagian dari kita untuk membangun rasa percaya diri untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus," ungkapnya.
Dia meyakini ketika dua masalah tersebut diatasi, pendidikan yang inklusif bisa terwujud.
Guna mendukung program pendidikan inklusif, perlu kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, sehingga kendala kultural yang menjadi kendala dalam penerapan pendidikan inklusif dapat teratasi.
Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.