Jakarta (ANTARA) - Badan PBB Untuk Pengungsi Palestina, Kamis (8/5), mengatakan, mereka terpaksa mengevakuasi semua anak di enam sekolah yang dikelolanya di Yerusalem Timur, setelah pasukan Israel yang bersenjata lengkap memasuki tiga sekolah di antaranya pagi itu.

"Saat ini, hampir 800 anak perempuan dan laki-laki, yang beberapa di antaranya masih berusia enam tahun, mengalami syok dan trauma," kata Komisaris Jenderal Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA), Philippe Lazzarini, dalam sebuah unggahan di platform media sosial X.

"Menyerbu sekolah dan memaksa menutupnya merupakan bentuk pengabaian secara terang-terangan terhadap hukum internasional," ujarnya, seraya menegaskan bahwa "sekolah-sekolah ini adalah tempat milik PBB yang tidak dapat diganggu gugat."

Langkah Israel tersebut dilakukan ketika polisi Israel mengeluarkan perintah penutupan sekolah awal bulan lalu, yang menuntut agar tiga sekolah di kamp pengungsi Shufat dan tiga sekolah lainnya di Silwan dan kawasan permukiman Sur Baher dan Wadi al-Joz di Yerusalem Timur ditutup dalam waktu 30 hari, yang berakhir pada Rabu (7/5).

Lazzarini menolak pemberlakuan perintah penutupan oleh pihak Israel, yang menurutnya merupakan "penyangkalan terhadap hak dasar anak-anak Palestina untuk belajar." Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Tinggi Palestina juga mengecam tindakan Israel itu dalam sebuah pernyataan pers, menyebutnya sebagai "kejahatan yang melanggar norma-norma dan hukum internasional."

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.