Teheran (ANTARA) - Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Iran Esmaeil Baghaei pada Selasa (13/5) mengatakan bahwa sanksi-sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap Teheran bertentangan dengan perundingan nuklir bilateral, lansir Kantor Berita Mahasiswa Iran (Iranian Students' News Agency).

Baghaei membuat pernyataan tersebut dalam sebuah pidato dalam Pameran Buku Internasional Teheran ke-36 di Teheran, ibu kota Iran, ketika menanggapi pemberlakuan sanksi-sanksi baru AS terhadap Iran di tengah negosiasi tak langsung antara kedua negara yang ditengahi oleh Oman, papar laporan itu.

Baghaei mengecam pejabat-pejabat AS atas pernyataan kontradikti" mereka tentang apa yang ingin mereka capai dalam perundingan tersebut. Dia mengatakan bahwa Iran berpegang teguh pada negosiasi dan posisinya yang tegas, jelas, dan tidak dapat diubah.

Dia menambahkan bahwa Iran mengikuti perundingan dengan serius dan Iran elalu mengikuti perundingan untuk mencapai hasil, bukan menggunakan perundingan sebagai alat untuk membuang-buang waktu.

Baghaei menekankan bahwa dalam proses negosiasi tersebut, Iran berusaha mempertahankan pencapaian nuklirnya, yang didasarkan pada kebutuhan negara, serta menghapus sanksi-sanksi kejam terhadap bangsa Iran.

Pada Senin (12/5), Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa pihaknya memberikan sanksi kepada tiga warga negara Iran dan satu entitas Iran yang memiliki hubungan dengan Organisasi Inovasi dan Riset Pertahanan Iran.

Pada Selasa, Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Washington menjatuhkan sanksi kepada sebuah jaringan internasional yang memfasilitasi pengiriman jutaan barel minyak mentah Iran.

Sanksi-sanksi baru tersebut dijatuhkan setelah delegasi Iran dan AS pada Minggu (11/5) mengadakan perundingan tak langsung putaran keempat mengenai program nuklir Teheran dan pencabutan sanksi-sanksi Washington di Muscat, ibu kota Oman.

Perundingan putaran pertama dan ketiga diadakan di Muscat pada 12 dan 26 April, sementara putaran kedua diadakan di Roma pada 19 April.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.