Jakarta (ANTARA) - Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, menyatakan tidak terjadi kenaikan kasus Tuberkulosis (TBC) di wilayah tersebut sejak Januari hingga April 2025 dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
"Sejak Januari hingga April 2025 tercatat ada 17 kasus TBC di Kepulauan Seribu sementara di tahun 2024 di periode yang sama tercatat ada 23 kasus," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan dr Murniasi Hutapea di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, kasus TBC pada periode yang sama jika dibandingkan tahun 2024 dengan 2025 mengalami penurunan. Sedangkan sepanjang 2024 kasus TBC yang ditemukan dan diobati sebanyak 86 kasus.
Dalam penanganan TBC, pihaknya fokus melakukan pembinaan kader kesehatan untuk mendukung penemuan kasus dan investigasi kasus TBC di masyarakat.
Pihaknya juga membentuk "Kampung Siaga TBC" di setiap pulau. Sebanyak tujuh "Kampung Siaga TBC" telah terbentuk.
Baca juga: Kepulauan Seribu lakukan sejumlah upaya untuk tekan penyebaran TBC
Ia mengatakan, "Kampung Siaga TBC" tersebut melibatkan kelurahan, Puskesmas, RW, RT, karang taruna, PKK, kader kesehatan dan lain-lain untuk mencegah serta menanggulangi TBC di wilayahnya.
Pihaknya juga melakukan kerja sama dengan komunitas Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) terkait pembiayaan dan pendanaan kader TBC di Kepulauan Seribu dalam rangka pengendalian penyakit TBC di Kepulauan Seribu.
"Kerjasama ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran kader di Kepulauan Seribu," kata dia.
Suku Dinas Kesehatan melalui Kepulauan Seribu melakukan sejumlah upaya dalam menekan penyebaran kasus TBC di wilayah kepulauan yang ada di Provinsi DKI Jakarta tersebut.
"Upaya pertama yang dilakukan adalah melakukan investigasi kasus TBC yang ditemukan minimal delapan kontak per kasus," katanya.
Baca juga: Soal kasus TBC, Pramono: Belum perlu ditanggapi berlebihan
Ia mengatakan, Penanggungjawab (PJ) Program TBC bekerjasama dengan kader kesehatan dalam melakukan investigasi kontak serumah dan kontak erat kasus TBC.
"Dari pelaksanaan investigasi kontak tersebut diharapkan mampu menjaring terduga TBC serta kasus tersebut," kata dia.
Kemudian memberikan terapi pencegahan TBC pada kontak kasus sesuai dengan petunjuk teknis serta pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis sebagai langkah preventif penularan penyakit di sekitar kasus TBC.
"Kegiatan ini melibatkan peran kader kesehatan, Puskesmas serta RT dan RW apabila diperlukan," kata dia.
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.