Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri masih berusaha mencari 21 warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai anak buah kapal penangkap ikan Taiwan yang hilang kontak di sekitar Kepulauan Falkland ketika sedang berlayar dari Atlantik Selatan menuju Taiwan.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Jakarta, Selasa, mengatakan pemerintah sudah mendapatkan nama lima perusahaan Indonesia yang merekrut anak buah kapal penangkap ikan Taiwan itu.

"Kami dari kemarin sudah ada perkembangan. Nama-nama perusahaan itu sudah kami peroleh, kemudian kami sudah langsung mengontak agensi-agensi yang mempekerjakan ABK kita yang berjumlah 21 orang," kata Retno.

Kementerian Luar Negeri, menurut dia, sedang melakukan pertemuan dengan lima perusahaan perekrut anak buah kapal (ABK) dan terus berkoordinasi dengan perwakilan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei.

Ia mengatakan Kementerian Luar Negeri juga sudah meminta KDEI segera menemui para penjaga pantai di Taiwan untuk mencari informasi tentang perkembangan pencarian kapal penangkap ikan yang hilang tersebut.

"Jadi, biar kita dari sini juga bisa segera ikut bergerak," tutur dia.

Selain itu, kata Retno, Kementerian Luar Negeri sudah menghubungi Kedutaan Besar Indonesia di London, Inggris, dan Buenos Aires, Argentina, untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai keberadaan terakhir kapal Taiwan di sekitar Kepulauan Falkland.

"Karena wilayah Inggris dan Argentina dekat dengan Kepulauan Falkland. Jadi kita menyampaikan, kalau ada informasi mengenai keberadaan kapal tersebut tolong segera disampaikan ke kami," kata dia.

"Jadi secara sekaligus kami mencoba mendapatkan informasi sebanyak mungkin meliputi berbagai macam lini untuk bisa memperoleh kabar yang lebih jelas soal kapal itu dan nasib ABK kita seperti apa," lanjut Retno.

Pemerintah, ia menjelaskan, juga akan berkoordinasi dengan otoritas Argentina dan Inggris supaya bisa mendapat informasi soal keberadaan kapal penangkap ikan milik Taiwan itu.

"Kami meminta kalau ada informasi keberadaan soal kapal tersebut, tolong segera disampaikan ke pemerintah Indonesia, karena sebagian besar awaknya adalah orang Indonesia. Jadi pesan itu sudah kami sebar ke semua pihak terkait," katanya.

Berdasarkan informasi dari KDEI di Taipei, menurut dia, sampai sekarang status kapal Taiwan itu belum disampaikan secara resmi.

Otoritas Taiwan berjanji mencari kapal Hsiang Fu Chuen yang membawa 49 awak kapal, termasuk 21 WNI, yang hilang di Samudera Atlantik pada 26 Februari 2015 pukul 03.00 waktu setempat. Kapal itu hilang kontak setelah salah satu awak kapal melaporkan kebocoran kapal.

Sebelum hilang kapal itu terakhir berada di wilayah yang berjarak 1.700 mil laut (3.148 kilometer) dari lepas pantai Kepulauan Falkland berdasarkan data satelit Taiwan.

Taiwan telah meluncurkan operasi pencarian dengan bantuan Argentina dan Inggris.

"Kami masih belum tahu di mana kapal itu, dan apa yang terjadi dengan kapal itu," kata Huang Hong-yen, juru bicara Badan Perikanan Taiwan. Namun menurut dia tidak ada bukti bahwa kapal itu tenggelam.

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015