Ia menuturkan bahwa 52-54 persen PDB Indonesia ditopang oleh konsumsi masyarakat dalam negeri. Namun, Indonesia tetap harus mewaspadai dampak lanjutan (spillover) dari perang dagang tersebut.

Akibat perang dagang tersebut, banyak negara mengalami penurunan proyeksi ekonomi, termasuk Indonesia yang diperkirakan hanya akan tumbuh 4,7 persen pada tahun ini menurut International Monetary Fund (IMF).

Andry mengatakan bahwa perang dagang tersebut dapat menurunkan permintaan ekspor Indonesia ke China, yang kini mencapai 22,1 persen dari total ekspor nasional, terutama komoditas batu bara dan CPO.

Baca juga: PT Aneka Sawit Lestari kenalkan benih unggul sawit DxP iCalix

Ia menyatakan bahwa perang dagang tersebut juga dapat mengancam industri manufaktur domestik, mengingat tarif impor yang tinggi membuat China berupaya untuk diversifikasi ekspornya ke berbagai negara selain Amerika Serikat, termasuk Indonesia.

"Kalau ternyata yang masuk (diimpor dari China) adalah barang-barang akhir (produk jadi) yang bisa bersaing kemudian dengan produk-produk dari domestic manufacturers (produsen dalam negeri) di Indonesia, terutama yang industri padat karya, ini yang kita lihat jadi tantangan berikutnya dari trade war (perang dagang),” imbuhnya.

Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.