Jakarta (ANTARA) - Presiden Timor-Leste Jose Ramos-Horta berpendapat bahwa kepemimpinan Paus Fransiskus membuat negara-negara berkembang, terutama yang rentan dan terdampak konflik seperti di Afrika, Amerika Latin dan Asia, merasa diperhatikan dan tidak ditelantarkan.
Hal itu disampaikan oleh Ramos-Horta dalam acara “Global Town Hall: Remembering Pope Francis and the Quest for Justice, Peace and Humanity” yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan dipantau secara daring di Jakarta, Senin.
Presiden Timor-Leste itu berpendapat Paus Fransiskus menjangkau semua peradaban, semua agama, keyakinan dan budaya melebihi dari Paus sebelumnya, seraya menambahkan bahwa Tahta Suci Vatikan adalah negara dengan salah satu diplomasi yang terbaik di dunia.
“Jadi, mereka memiliki kebijaksanaan dan pengalaman luar biasa dalam menangani situasi yang sangat rumit dan sensitif yang bersumber dari 2.000 tahun pengalaman dan kebijaksanaan,” tambahnya.
Ramos-Horta juga mengatakan bahwa Paus Fransiskus merupakan sosok yang memiliki komitmen sangat besar terhadap perdamaian, keadilan, martabat manusia dan kebebasan manusia.
Baca juga: Istana ucapkan selamat terpilihnya Paus Leo XIV yang bawa pesan perdamaian
“Bukan hanya komitmen terhadap perdamaian, tetapi bagaimana dia berbicara tentang perdamaian dan tentang perang yang dilancarkan oleh negara-negara dengan dampak pada orang miskin, pada anak-anak, pada penduduk sipil,” kata Ramos-Horta.
Paus Fransiskus juga menjangkau semua orang, terutama mengembangkan hubungan dengan Imam Besar Masjid Al-Azhar Kairo Syeikh Ahmed Al-Tayeb, kata Ramos-Horta.
Tidak hanya itu, lanjut Ramos-Horta, Paus Fransiskus juga menjangkau umat Hindu, Protestan, semua agama lainnya dan menunjukkan rasa hormat kepada kaum ateis dan agnostik.
“Kita tidak menjadi yatim piatu dengan meninggalnya Paus Fransiskus. Namun, warisan Paus Fransiskus tetap ada, mengingatkan kita akan martabat manusia,” ujar Presiden Timor-Leste itu.
Baca juga: Megawati: Wafatnya Paus Fransiskus seperti kehilangan bapak
Pada 2016, Paus Fransiskus bertemu dengan Imam Besar Masjid Al-Azhar Kairo Syeikh Ahmed Al-Tayeb di Vatikan, di mana pihak Al-Azhar mengatakan bahw Tayeb menerima undangan dari Paus Fransiskus untuk “menjajaki upaya-upaya untuk menyebarkan perdamaian dan hidup berdampingan.”
Pada September 2024, Paus Fransiskus berkunjung ke Jakarta, Indonesia, dan menandatangani dokumen Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Deklarasi tersebut menegaskan pula komitmen terhadap kerukunan antar umat beragama dan pentingnya dialog antar agama dalam menyelesaikan masalah.
Baca juga: Mengenal hierarki Gereja Katolik, mulai dari Paus hingga diakon
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025