...EMT juga harus memenuhi sertifikasi WHO agar bisa melaksanakan misi kesehatan luar negeri secara resmi. Ini sudah kita capai
Jakarta (ANTARA) - Tim Medis Darurat (Emergency Medical Team/EMT) Indonesia dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mendapatkan pengakuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai tim yang memenuhi standar internasional untuk diterjunkan dalam misi-misi kemanusiaan global.
Staf Ahli Menteri Kesehatan (Menkes) Bidang Ekonomi Kesehatan Bayu Teja Muliawan mengatakan standarisasi tersebut menjadi syarat mutlak agar EMT Indonesia dapat memberikan bantuan medis ke berbagai kawasan, termasuk Asia, Eropa, dan Pasifik.
“Seperti halnya Tim INASAR di bawah Basarnas, EMT juga harus memenuhi sertifikasi WHO agar bisa melaksanakan misi kesehatan luar negeri secara resmi. Ini sudah kita capai,” kata Bayu saat ditemui di Jakarta, Selasa.
Baca juga: RI diakui dunia dalam penanganan darurat bencana dan kemanusiaan
Reputasi EMT Indonesia sebagai tim medis tangguh kembali teruji dalam misi kemanusiaan darurat bencana gempa bumi di Myanmar pada April 2025. Selama 21 hari bertugas di wilayah Naypyitaw, Myanmar, EMT Indonesia melayani lebih dari 2.273 pasien, dengan jumlah rata-rata kunjungan 315 orang per hari.
Pasien yang dilayani tidak hanya korban bencana gempa, tetapi juga masyarakat umum di sekitar lokasi yang membutuhkan akses kesehatan. Layanan kesehatan mencakup penanganan kegawatdaruratan, rawat jalan, pediatri, laboratorium, dan farmasi.
“Semua pelayanan berjalan lancar. Tantangan seperti hambatan bahasa dan keterbatasan infrastruktur berhasil diatasi berkat dukungan dari KBRI, Basarnas, dan BNPB,” kata Bayu.
Baca juga: Kepala BNPB ungkap kesiapan respon cepat bantu bencana di Asia Pasifik
Ia menambahkan cuaca ekstrem yang mencapai 44 derajat Celsius sempat menjadi hambatan bagi personel medis, namun tidak mempengaruhi kualitas pelayanan tim EMT Indonesia.
Jenis penyakit yang ditangani cukup beragam, mulai dari nyeri otot, radang sendi, ISPA, vertigo, hingga kasus darurat seperti fraktur, luka tusuk, dan stroke.
Keberhasilan misi ini dinilai menjadi bukti, kata dia, bahwa Indonesia telah memiliki sistem tanggap krisis kesehatan berstandar global yang siap diterjunkan kapan saja di berbagai wilayah bencana.
“Kita ingin Indonesia terus aktif dan diakui dunia dalam misi kesehatan internasional. Pengalaman ini akan menjadi modal besar dalam diplomasi kemanusiaan,” tegas Bayu.
Baca juga: Basarnas: Sertifikasi internasional kunci RI aktif pada misi SAR dunia
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.