Ketegangan mulai mereda setelah massa aksi memadamkan api dan petugas mematikan mobil water cannon

Jakarta (ANTARA) - Aksi unjuk rasa pengemudi ojek online (ojol) di Kawasan Patung Kuda Jakarta, sempat memanas setelah adanya sekelompok orang yang membakar ban saat orasi berlangsung.

Aksi memanas ketika petugas meminta massa unjuk rasa untuk mematikan api dari ban yang dibakar.

Petugas pada saat itu sudah mulai menyalakan mobil water cannon dan sempat mengenai pengunjuk rasa, semprotan mobil itu memicu ketegangan antara petugas dan sejumlah pengunjuk rasa.

Baca juga: Lebih seribu ojol padati jalan Medan Merdeka Selatan untuk unjuk rasa

Ketegangan mulai mereda setelah massa aksi memadamkan api dan petugas mematikan mobil water cannon.

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro di Jakarta, Selasa, meminta agar para pengemudi ojek online tidak membakar ban.

"Kami minta api dimatikan. Kami siap melayani," katanya.

Baca juga: Transjakarta arah Patung Kuda dan DPR berpotensi dialihkan saat demo

Kemudian aksi massa ini kembali mereda dan mereka berorasi dari mobil komando masing-masing sesuai aliansi yang mereka ikuti.

Pada aksi unjuk rasa kali ini terdapat empat mobil komando yang memimpin massanya, mereka sampai saat ini belum satu suara.

Kapolres mengatakan pengamanan unjuk rasa yang dilakukan pengemudi ojek online (ojol) mengedepankan cara-cara yang humanis dan tidak ada personel yang membawa senjata api.

"Petugas tidak dibekali senjata api karena tugas utama kami adalah menjaga keamanan dan melayani masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi," katanya.

Baca juga: Demo ojol, Transjakarta terapkan buka tutup di kawasan Patung Kuda

Ia mengatakan seluruh jajaran di lapangan telah diarahkan untuk melayani para peserta aksi dengan pendekatan yang ramah dan menghormati hak-hak masyarakat dalam menyampaikan pendapat.

Selain itu, Susatyo mengimbau masyarakat agar menghindari kawasan Monas dan DPR untuk sementara waktu, guna menghindari kepadatan lalu lintas akibat konsentrasi massa.

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2025