Jakarta (ANTARA) - Pakar pendidikan asal Jepang Dr. Koji Kurusu, M.D., Ph.D., menekankan pentingnya pendidikan STEAM sejak dini guna menumbuhkan kreativitas, etika, dan empati, di tengah semakin berkembangnya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Pendidikan STEAM merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan (Science), teknologi (Technology), teknik (Engineering), seni (Art), dan matematika (Mathematics) untuk memecahkan masalah yang nyata.

Menurut Koji, AI memang semakin canggih, namun tetap manusia sebagai subjek pertama yang mengajukan pertanyaan.

"Pendidikan sejak dini penting agar generasi mendatang mampu mengarahkan AI, tidak sekadar menggunakan," ujar Koji saat memberikan kuliah umum tentang pendidikan STEAM kepada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Kampus Cibiru, Bandung, Jawa Barat, sebagaimana dikutip dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Pendiri yayasan Jepang-Indonesia Sakuranesia, yakni Tovic Rustam dan Sakura Ijuin, juga menuturkan hal senada. Menurut Sakura, pendidikan harus tetap berakar pada nilai-nilai kemanusiaan, meskipun terjadi perkembangan teknologi yang semakin canggih.

"Namun, apakah teknologi itu menyentuh hati manusia," ujar Sakura.

Sakura pun menegaskan manusia perlu membedakan antara hal yang perlu diajarkan dan tidak, serta membina imajinasi, empati, dan kemampuan mengambil keputusan sejak usia dini.

Jajaran pimpinan Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Cibiru bersama Pakar pendidikan anak asal Jepang Dr. Koji Kurusu, M.D., Ph.D., serta pengurus Yayasan Sakuranesia foto bersama di Kampus UPI Cibiru, Bandung, Jawa Barat. (ANTARA/HO-Sakuranesia)

Sementara itu, Tovic Rustam mengungkapkan Yayasan Sakuranesia ingin menjadi jembatan antara visi pendidikan pemerintah dan praktik nyata di lapangan.

Tovic berharap diskusi tersebut menjadi refleksi penting bagi masa depan pendidikan pada era AI, serta memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Jepang pada bidang pendidikan anak usia dini maupun inovasi STEAM.

Pada sesi tersebut, pengurus Yayasan Sakuranesia memperkenalkan beragam inisiatif yang telah dilakukan mulai dari dukungan terhadap pendidikan seni melalui Jember Fashion Carnival, hingga kolaborasi dengan Yuto Ogata yang merupakan CEO PT. STARUP & Chairman Positive Artificial Intelligence (PAI).

Kolaborasi tersebut terkait proyek kecerdasan buatan praktis yang menghubungkan mahasiswa Indonesia dengan kebutuhan nyata masyarakat melalui pendekatan teknologi dan sosial.

Baca juga: Wamen Komdigi resmikan AI Experience Center di Papua

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.