Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak subspesialis hemato-onkologi FKUI RSCM dr. Ganda Ilmana Sp.A Subsp. HO mengatakan pendekatan multidisiplin dalam menangani neurofibromatosis tipe 1 (NF1) dapat menurunkan angka kejadian kanker pada anak di bawah 18 tahun.
“Kuncinya adalah pendekatan multidisiplin, jadi memang tidak sederhana, butuh tim yang lengkap,” katanya dalam diskusi mengenai neurofibromatosis tipe 1 (NF1) di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan pasien yang mengalami NF1 harus ditangani di rumah sakit yang memiliki dokter lengkap seperti dokter saraf, dokter kulit, hingga yang menangani radiasi atau kemoterapi.
Baca juga: Neurofibromatosis tipe 1 bisa berdampak pada neurologi anak
Hal ini karena penanganan pasien NF1 tidak bisa asal-asalan dan harus ada tindakan yang cepat agar tumor NF1 tidak semakin menyebar dan mengganggu kualitas hidup pasien terutama anak-anak.
“Kalau bisa cepat dan tepat tentu penanganannya lebih baik, sehingga kita harapkan komplikasi lebih rendah. Dan lebih bagus lagi kalau sudah kejadian, kita early detection kalau yang sudah terjadi kanker,” katanya.
Ganda mengatakan mutasi tumor NF1 bisa bertransformasi menjadi kanker yang bisa timbul di mana saja, terutama pada anak paling banyak menyerang di otak dan susunan saraf termasuk penglihatan, rhabdomyosarcoma yaitu kanker di jaringan lunak seperti tangan atau perut bawah dan juga leukimia (kanker darah).
Baca juga: Kenali tanda lahir kecokelatan indikasi neurofibromatosis tipe 1
Mutasi tumor NF1 bisa berubah dari benjolan yang besar yaitu plexiform neurofibroma yang dapat mengubah fungsi tubuh atau gerak, menjadi tumor yang bersifat ganas pada selubung saraf di perifer atau saraf tepi (Malignant Peripheral Nerve Shaped Tumor/MPNST).
“Risiko yang tadinya plexiform neurofibroma saja, kemudian bertransformasi menjadi MPNST itu sekitar 10-15 persen. Dan tentunya pada anak lebih banyak juga, karena yang lebih banyak menjadi ganas,” katanya.
Ganda mengatakan operasi menjadi langkah untuk mengangkat tumor NF1, namun masih banyak kendala yang dihadapi seperti kemungkinan tumor akan tumbuh kembali, akses ke pusat kesehatan yang terlambat dan lokasi tumor yang sulit jika sudah menyebar ke organ tubuh.
Baca juga: Sejumlah tanda peringatan tahi lalat yang berindikasi kanker kulit
Ia juga mengatakan terlambatnya penanganan pada anak juga bisa menyebabkan gizi buruk, berat badan kurang, infeksi karena tidak bisa bergerak atau bangun, dan tidak bisa melakukan vaksinasi sehingga dikhawatirkan komplikasi kesehatan pada anak memperparah tumor NF1.
“Jadi kalau kita sudah tahu ada anak dengan NF1, kita sudah harus berpikir bahwa anak ini harus dipantau ketat. Atau pasien ini harus diikuti terus karena dia seumur hidupnya punya risiko untuk nanti menjadi tumor dan juga kanker,” kata Ganda.
Dia mengingatkan untuk mengenali gejala NF1 menuju keganasan kanker seperti anggota tubuh yang tiba-tiba sering nyeri, dan benjolan yang tiba-tiba membesar dengan cepat.
Baca juga: Dokter: Perhatikan bentuk tahi lalat untuk deteksi dini kanker kulit
Baca juga: Spesialis Onkologi: Waspada bentuk tahi lalat untuk cegah kanker kulit
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025