Jakarta (ANTARA) - Sutradara Sidharta Tata mencoba menjamin kesehatan dan semangat para aktor cilik terjaga selama proses syuting film "Waktu Maghrib 2".
Dengan membatasi jam kerja dan menyediakan waktu istirahat yang cukup, ia memastikan anak-anak bisa berkarya tanpa kelelahan, menciptakan pengalaman positif dan profesional di lokasi syuting.
"Tidak boleh lebih dari 12-14 jam, apalagi ini melibatkan anak-anak," kata Tata saat konferensi pers di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu.
Pembatasan jam kerja ini adalah kunci untuk memastikan anak-anak tidak kelelahan dan tetap bisa tampil prima.
Untuk mencapai hal tersebut, strategi yang diterapkan Tata termasuk membagi hari syuting untuk adegan yang melibatkan banyak anak.
Baca juga: Film "Waktu Maghrib 2" siap tembus layar bioskop Asia Tenggara
Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk bekerja secara kondusif dan mencegah syuting hingga larut malam atau bahkan pagi hari.
Selain itu, setiap ada adegan-adegan dalam film aksi horornya yang memasukkan unsur kekerasan, pihaknya berupaya memberikan edukasi kepada para aktor bahwa adegan itu memang tidak baik untuk dilakukan anak-anak, tapi bagaimanapun juga adegan itu harus diambil untuk kebutuhan film.
Tata menjelaskan bahwa selain menanamkan sikap profesionalisme, para pembuat film juga berusaha menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan mirip dengan bermain.
Baca juga: Sadana Agung jadi hansip lagi di "Waktu Maghrib 2"
Pendekatan yang berfokus pada penciptaan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak ini pun dirasakan manfaatnya oleh para aktor cilik di film tersebut.
Anantya Kirana (15) yang berperan sebagai Wulan dalam film "Waktu Maghrib 2," mengungkapkan, "Syuting kali ini paling seru buat aku! Mas Tata dan krunya bikin kita nyaman".
Anantya juga berbagi pengalaman pertamanya melakukan adegan aksi yang harus dibantu penggunaan tali seling baja yang membuat keamanannya terjaga dan tentunya berkesan secara visual.
Baca juga: Sutradara ungkap pesan moral di balik film "Waktu Maghrib"
Senada dengan Anantya, Sulthan Hamonangan yang berperan sebagai Yogo di film "Waktu Maghrib 2" menambahkan, "Kita sering dikasih waktu istirahat, jadi nggak capek banget. Terus juga diajak ngobrol biar nggak tegang. Jadi, bisa fokus aktingnya".
Ada pula adegan yang kameranya itu ditaruh di perut Sulthan untuk mengambil reaksi wajahnya saat dia harus berlari-larian. "Itu cukup sulit buatku karena (beratnya) baru pertama," kata Sulthan.
Selain itu penggunaan riasan tambahan atau prostetik untuk adegan kerasukan yang melibatkan puluhan anak juga menjadi daya tarik bagi para pencinta film horor lokal yang menginginkan cerita berakar pada budaya dan mitos Indonesia saat film itu tayang di bioskop mulai 28 Mei mendatang.
Baca juga: Ghazi Alhabsyi senang libatkan hobi olahraga ke dalam film
Ghazi Alhabsyi yang berperan sebagai Dewo mengaku baru pertama kali berakting di film horor seperti itu sehingga adegan anak-anak kerasukan setan, salah satunya karakter Endro yang diperankan Muzakki Ramdhan, membuatnya cukup takut saat proses syuting.
"Waktu syuting sih seru sih, tapi yang paling shock itu pas kita lagi dibawa sama Endro, kita dikejar-kejar, dia berdarah-darah, berdarah-darah, teriak-teriak, jadi takut banget," ujar Ghazi.
"Tapi setelah itu kami dikasih pengertian kalau itu bagaimanapun tetap film, jadi setelahnya tidak takut lagi," kata dia pula.
Baca juga: Sulthan Hamonangan ingin coba pengalaman baru di dunia teater
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.