Cibinong (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mencanangkan gerakan membuat 10.000 lubang biopori untuk membantu menjaga Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung agar tidak menjadi penyebab banjir.

"Mulai saat ini, gerakan 10.000 lubang biopori selain di DAS Ciliwung. Halaman rumah tangga juga harus ada lubang biopori," kata Plt Bupati Bogor, Nurhayanti di Cibinong, Jumat.

Ia mengatakan lubang biopori bermanfaat meningkatkan daya serap air tanah. Mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos. Mencegah risiko banjir dan menyuburkan tanaman.

Selain itu lubang biopori bisa meningkatkan kualitas air tanah dan masih banyak lainnya.

"Lubang biopori selain ada di daerah DAS Ciliwung. Juga bisa dibuat di halaman rumah, perkantoran dan lapangan parkir serta di areal terbuka lainnya,"katanya.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serentak membuat lubang biopori. "Think global act local yuk kita mulai dari hal yang kecil," katanya.

Ia mengatakan lubang biopori adalah lubang dengan diameter 10-30 cm dan ke dalaman 80-100 cm dibuat tegak lurus ke dalam tanah. Alat untuk membuatnya cukup kape, cetok, pisau, linggis dan bor biopori.

Cara membuatnya, kata dia, pertama pilih lokasi yang tepat untuk membuat LRB di daerah dengan air hujan yang mengalir. Jangan pada tanah miring yang berpotensi longsor. Lalu siram tanah yang akan dilubangi dan letakkan mata bor tegak lurus dengan tanah.

"Tinggal menekan dan memutarnya ke arah kanan. Setiap 15 cm atau sedalam mata bor bersihkan mata bor dari tanah hingga mencapai kedalaman 100 cm," katanya.

Ia mengatakan langkah berikutnya, isi lubang dengan sampah organik jangan disi dengan sampah anorganik. Kalau sudah siap LRB bisa meningkatkan daya resap air.

Caranya ketika sudah di pasang LRB dengan sampah organik. Secara perlahan fauna membuat terowongan kecil dalam tanah. Secara perlahan luas bidang akan bertambah banyak.

Ia mengatakan jika LRB diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm. Maka luas bidang resapan akan menjadi 6218 cm2 setara dengan volum air 1 ember atau 321.000 cm kubik.

"Jadi bisa dibayangkan banyak air tanah yang tersedia di lahan kita jika bisa membuat LRB di halaman rumah," katanya.

Ia mengatakan kapan dan bagaimana cara memanen pupuk kompos dari LRB. Setiap lubang ditambah 5 hari sekali sampah kompos di masukan ke LRB. Ini wajib dilakukan untuk memberi makanan pada fauna tanah.

"Dalam waktu 3 bulan, pada umumnya sampah organik sudah terbentuk kompos dan bisa dipanen. Tetapi jangan lupa setelah memanen LRB kembali dimasukan sampah organik," katanya. Kalau LRB terus diterapkan di halaman rumah dan arena terbuka lainnya pasti bencana banjir dapat dihindari.

"Saya mendapatkan berita yang enak di dengar tahun ini, karena pemerintah DKI Jakarta telah menetapkan bahwa penyebab banjir kemarin bukan kiriman air dari Bogor," katanya. Tetapi Pemerintah DKI Jakarta mengakui bahwa bencana banjir akibat bangunan dan tata ruang di DKI Jakarta yang tidak baik.

"Bogor tidak lagi penyebab utama banjir di Jakarta, Insya Allah dengan gerakan 10.000 LRB bisa mencegah terjadi banjir dan bencana longsor" katanya.

(KR-AHM)

Pewarta: Ahmadi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015