Yogyakarta (ANTARA) - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) siap memberikan masukan ke Daya Anagata Nusantara (Danantara) sebagai katalis strategis dalam memperluas investasi global yang berdampak langsung terhadap pembangunan ekonomi nasional.

"KPPU sudah menjadwalkan untuk diskusi dengan CEO-nya Danantara. Bagaimana pun juga, tugas KPPU adalah memberikan saran kebijakan kepada pemerintah, nah dalam hal ini Danantara sebagai satu ide besarnya Presiden Prabowo kita, musti kita kawal," kata Ketua KPPU RI M. Fanshurullah Asa, ditemui di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa.

Fanshurullah Asa mengungkapkan bahwa pihaknya akan mengadakan diskusi dengan CEO Danantara termasuk untuk mengetahui konsep strategi investasinya agar bisa mengawal dan memastikan persaingan usahanya sehat.

Baca juga: Kemenkop dan KPPU sepakat selaraskan aturan untuk kopdes merah putih

"Danantara merupakan salah satu bagian dari strategi investasi yang masuk melalui foreign direct investment. Oleh karena itu, kami ingin melihat lebih jauh mengenai konsep dan strategi mereka, serta bagaimana kami bisa berkontribusi dalam menjaga persaingan usaha yang sehat," katanya.

KPPU, lanjutnya, berharap dapat memberikan masukan konstruktif kepada pemerintah terkait dengan peningkatan investasi yang ditargetkan hingga mencapai ribuan triliun rupiah dapat terlaksana dengan baik, sambil menjaga keberlangsungan persaingan yang sehat di pasar.

"Sebagai lembaga independen, meskipun tidak terikat langsung pada eksekutif, KPPU tetap bertanggung jawab kepada Presiden untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil berjalan dengan adil dan sehat,” kata Fanshurullah Asa.

Baca juga: KPPU: UMKM dan industri padat karya tertekan bila kuota impor dihapus

KPPU, tambah Fanshurullah Asa, pihaknya berharap dapat memberikan kontribusi penting dalam menjaga iklim persaingan usaha di Indonesia, mendukung keberlanjutan investasi, dan mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Pewarta: Nur Istibsaroh
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.