Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menegaskan Perum Bulog harus hadir di daerah terpencil yang sulit dijangkau swasta agar harga gabah petani tetap layak dan tidak jatuh di bawah ketetapan pemerintah.

Wamentan ditemui di Jakarta, Rabu mengatakan pemerintah menyadari masih ada beberapa spot atau titik panen yang jauh dari akses untuk penyerapan, di mana hal itu bisa membuat harga gabah bisa jatuh karena tidak ada pembeli dari pasar bebas atau swasta.

Dalam situasi seperti itu, Wamentan menegaskan Bulog wajib menjadi instrumen negara yang aktif menyerap gabah, menjaga stabilitas harga, dan memastikan petani tetap memperoleh pendapatan layak di musim panen raya.

"Dimana swasta tidak bisa ambil, pedagang tidak bisa ambil, maka Bulog kita ingin hadir untuk mengambil. Jadi kalau ada daerah spot-spot yang (gabah petani) belum (terserap) maka Bulog lah sebagai instrumen dari negara hadir di tempat-tempat yang sulit gitu," kata Wamantan.

Wamentan menyatakan jika harga gabah di satu wilayah jatuh di bawah Rp6.500 per kilo gram (kg) maka Bulog harus terjun langsung menyerap dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp6.500 per kg agar tidak terjadi ketimpangan kesejahteraan petani.

Dia mencontohkan daerah yang pernah terjadi penurunan harga gabah petani antara lain Sumatera Selatan dan Jambi, namun setelah Bulog hadir, harga kembali normal dan petani tidak dirugikan dari surplus panen.

Dalam kesempatan itu, Sudaryono menyampaikan cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada dikelola Perum Bulog saat ini telah mencapai 3,964 juta ton dan diprediksi menembus 4 juta ton hingga akhir Mei 2025. Data itu tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

Ia menyebutkan Bulog saat ini per Mei 2025 menyerap gabah petani dan menggilingnya setara beras dengan kecepatan rata-rata 20 ribu ton per hari, menjaga ketersediaan cadangan beras nasional di seluruh wilayah.

Bahkan saat panen raya pada April 2025, Bulog bahkan bisa menyerap 50 ribu ton per hari, namun saat ini serapan menurun karena masa tanam telah dimulai kembali di berbagai daerah sentra produksi.

Lebih lanjut, Wamentan mengatakan Bulog hanya membeli 10-15 persen total panen nasional, artinya serapan setara 2,5 juta ton mencerminkan produksi nasional mencapai setidaknya 25 juta ton gabah kering panen.

"Jadi kalau Bulog sampai dengan saat ini sudah menyerap gabah setara beras itu lebih dari 2,5 juta ton, itu artinya produksi kita itu sudah 25 juta ton. Karena kita ngambil 10 persennya itu," kata Wamentan.

Baca juga: Wamentan: Impor singkong-tapioka akan diatur demi jaga semangat petani

Baca juga: Kementan-Kemendikbudristek sinergi riset tingkatkan produksi pertanian

Baca juga: Wamentan : Peran kolaboratif dorong lonjakan produksi beras nasional

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.