Semarang (ANTARA News) - Aisyiyah Kota Semarang menyebutkan bahwa kasus tuberkulosis (TB) di kota itu cenderung meningkat dari tahun ke tahun sehingga diperlukan penanganan komprehensif.

"Ada 10 kecamatan di Kota Semarang yang menjadi binaan kami dalam menanggulangi penyakit TB," kata Ketua Sub-Sub Recipient (SSR) TB Aisyiyah Kota Semarang Purwanti Susantini di Semarang, Jumat.

Aisyiyah merupakan salah satu unsur organisasi yang dilibatkan Pemerintah Kota Semarang untuk menanggulangi penyakit TB, di antaranya Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, dan Candisari.

Data Dinas Kesehatan Kota Semarang, pada 2013 ditemukan sebanyak 1.120 kasus TB, dan pada 2014 meningkat menjadi 1.175 kasus TB, sementara secara keseluruhan ditemukan sebanyak 14 ribu kasus.

Dari 10 kecamatan yang dibina Aisyiyah, kata dia, Semarang Utara paling banyak terdapat "suspect" (diduga) TB sebanyak 149 orang, disusul Semarang Timur (128 orang), dan Candisari (86 orang).

"Itu data selama 2014. Penderita kebanyakan orang dewasa, namun bisa terjadi pada anak-anak karena penyakit ini menular. Biasanya, penyakit ini disebabkan lingkungan yang tidak sehat," tukasnya.

Menurut Purwanti, faktor lingkungan tidak sehat memang menjadi penyebab utama munculnya penyakit TB, misalnya saluran air tidak lancar, banyak sarang nyamuk, limbah, dan sampah yang tidak dikelola dengan baik.

Ia menjelaskan ciri-ciri orang yang menderita TB, antara lain batuk selama setengah bulan tidak kunjung sembuh, pada malam hari berkeringat meski tidak beraktivitas, dan berat badan terus menurun.

"Biasanya, semangat dan produktivitas kerja penderita akan menurun sehingga hasil kerja dan pendapatan akan menurun. Namun, perlu diingat dampak penyakit menular ini bisa mematikan," katanya.

Sementara itu, Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang Laser Narindro mendorong pemerintah setempat untuk menanggulangi penyebaran penyakit TB yang terus meningkat.

"Pemkot harus lebih serius. Kami mendorong supaya dibuat regulasi dalam bentuk peraturan daerah (perda) yang khusus untuk penanggulangan penyakit TB," kata politikus Partai Demokrat itu.

Perda penanggulangan HIV/AIDS dan demam berdarah dengue (DBD) sudah ada, kata dia, sehingga perda untuk menanggulangi penyakit TB pun diperlukan untuk keoptimalan langkah yang dilakukan.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015