Kami ingin menunjukkan bahwa mereka (penyerang) belum mencapai tujuan mereka
Tunis (ANTARA News) - Museum Nasional Bardo milik Tunisia direncanakan akan dibuka kembali untuk publik, setelah peristiwa penyerangan oleh kelompok bersenjata yang menewaskan 20 orang asing, seiring dengan upaya Tunisia mengembalikan kepercayaan wisatawan terhadap sektor pariwisatanya.

Para pejabat Museum Bardo mengatakan pembukaan kembali museum itu, yang akan ditandai dengan suatu upacara perayaan, merupakan "sebuah pesan" bagi si pelaku penyerangan yang telah membunuh sejumlah turis dan seorang polisi di museum itu Rabu lalu.

"Ini merupakan suatu tantangan namun juga sebuah pesan ... Kami ingin menunjukkan bahwa mereka (penyerang) belum mencapai tujuan mereka," kata kurator Museum Bardo, Moncef Ben Moussa.

Museum Bardo dijadwalkan buka kembali dengan sebuah upacara peresmian yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan Tunisia, termasuk dengan sebuah konser orkestra simfoni dari Tunis.

Pemerintah Tunisia khawatir penyerangan minggu lalu yang diklaim oleh kelompok Negara Islam - serangan paling mematikan terhadap orang asing di negara Afrika Utara sejak 2002 - akan memukul sektor pariwisata vital Tunisia.

Dalam sebuah langkah yang bertujuan memulihkan kepercayaan publik, Perdana Menteri Tunisia Habib Essid memecat para kepala kantor kepolisian di Tunis dan daerah sekitar museum, setelah menemukan "beberapa kekurangan" dalam keamanan.

Essid, yang adalah mantan Menteri Dalam Negeri Tunisia, "memutuskan untuk memecat sejumlah pejabat termasuk kepala polisi Tunis dan kepala polisi untuk Bardo", kata direktur komunikasi PM Tunisia Mofdi Mssedi seperti dikutip AFP.

Seorang polisi yang bertanggung jawab atas keamanan di museum telah ditangkap, kata juru bicara pengadilan Sofiene Sliti kepada AFP, tanpa mengungkapkan jenis tuntutan yang ditujukan kepada si polisi.

Presiden Beji Caid Essebsi mengatakan Tunisia sedang berburu tersangka ketiga pelaku pembantaian di Museum Bardo.

"Dua orang pelaku tewas, tapi ada satu yang kini buron," kata Essebsi pada media asal Prancis televisi iTele dan radio Europe 1, Minggu.

Pihak petugas Tunisia sebelumnya telah menyatakan dua pelaku penyerangan ditembak mati oleh pasukan keamanan setelah serangan itu terjadi. Menurut otoritas Tunisia, para pelaku penyerangan telah menerima pelatihan di kamp-kamp militan di Libya.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015