Jakarta (ANTARA News) - “Saya tadi mengalami tekanan sampai sekitar +10,5 g. Manuver yang saya lakukan benar-benar seperti dalam demonstrasi terbang di mana saja,” kata Kapten Benoit Planche, instruktur pilot tempur Angkatan Udara Prancis, di Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu.

Walau hujan, pesawat tempur Dassault Rafale C yang dia kemudikan dalam terbang demonstrasi udara itu tetap mampu memeragakan sejumlah manuver untuk memperlihatkan kemampuan pesawat tempur bermesin ganda itu.

C01 Rafale B dan C01 Rafale C datang di Jakarta dari kesempatan mereka memeragakan diri di Langkawi International Maritime and Aerospace 2015, di Langkawi, Malaysia. Di Jakarta, mereka “ditugaskan” pemerintah Prancis untuk menunjukkan performansi Rafale itu.

Kabar bahwa TNI AU segera memensiunkan F-5E/F Tiger II dari daftar arsenal Skuadron Udara 14 membuat banyak pabrikan pesawat tempur berduyun-duyun menawarkan produk dan sistem ikutan serta pendukungnya.

Mereka adalah JAS39 Gripen dari SAAB AB (Swedia), Eurofighter Typhoon (Eurofighter/konsorsium negara Eropa Barat), F-16 Fighting Falcon Block 60 (Boeing/Amerika Serikat), Sukhoi Su-35 Flanker (Rusia), dan C01 Rafale dari Dassault Aviation (Prancis).

Dalam demonstrasi terbang yang diperagakan kepada sejumlah petinggi TNI dan pers itu, bukan cuma Planche yang terbang, melainkan juga Kapten Sebastian Dupont, yang terbang tandem bersama Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara II, Marsekal Pertama TNI Fahru Zaini. Mereka terbang tandem di dalam kokpit ganda C01 Rafale B dalam tempo sekitar 45 menit.

Cuma Planche yang terbang aerobatik, meliuk-liuk di atas Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma dan sekitarnya selama 10 menit.

Walau sebentar, namun Planche yang beribukan perempuan Viet Nahm itu mampu membuat semua orang yang menyaksikan tetap setia menatap langit, mengikuti kemanapun C01 Rafale C itu dia bawa.

Selain memacu kedua mesin SNECMA M88 sekuat-kuatnya, dia juga menunjukkan kemampuan Rafale dalam kecepatan paling rendah sebelum stall (kehilangan daya angkat).

“Tadi itu manuver split s to land, dari kecepatan 350 knot per jam, menanjak pada sudut 60 derajad ke atas, pada ketinggian 2.800 kaki dari permukaan laut, saya keluarkan roda pendarat dan kecepatan tinggal sekitar 120 knot perjam,” kata Planche.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015