Jakarta - (ANTARA News) Kepulauan Seribu, yang terletak di utara Jakarta dan direncanakan sebagai ladang dan taman bahari berkelanjutan, kini terancam tenggelam dalam lautan sampah dari 13 sungai yang bermuara di perairan Teluk Jakarta. "Teluk Jakarta kini ibaratnya telah menjadi Bantargebang ilegal atau keranjang sampah terbesar di Jakarta," kata Bupati Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu, Djoko Ramadhan, setelah menyampaikan makalah dalam seminar "Pengendalian Pencemaran Laut di Kepulauan Seribu" di Jakarta, Rabu (13/12). Dari tahun ke tahun volume sampah yang masuk dari 13 sungai di Jakarta ke wilayah Kepulauan Seribu terus meningkat. Djoko mengatakan, bila pada 2002, sampah yang terbawa arus dari daratan Jakarta hanya menggenangi kawasan Teluk Jakarta, maka pada 2005 sampah-sampah telah sampai di Pulau Untung Jaya hingga mendekati Taman Nasional Laut. Padahal itu belum termasuk pencemaran karena tumpahan minyak yang berasal dari kebocoran pipa dan tangki balas kapal tanker. Kepulauan yang dihuni penduduk sekitar 20.376 jiwa itu menguntungkan secara aspek ekonomi, karena berpotensi dikembangkan sebagai tempat wisata umum. Selain itu, di dalamnya terdapat kawasan-kawasan potensial untuk budidaya laut skala besar, kegiatan pertanian produktif (pohon sukun) dan hasil laut yang melimpah. Kepulauan yang terdiri dari 111 gugusan pulau itu di dalamnya juga terdapat penambangan minyak dan gas dengan potensial kandungan mencapai 500 juta barel minyak dan 1.767 miliar barel gas. Terdapat pula potensi kandungan pasir yang mencapai 4,3 miliar m3. "Sayangnya pengembangan potensi-potensi itu terkendala pencemaran sampah," kata Djoko. Menurut dia, persoalan krusial dalam mengendalikan pencemaran laut Kepulauan Seribu adalah tidak pernah tuntasnya implementasi berbagai pihak. Oleh karena itu, menurut dia, perlu dilakukan pengelolaan pesisir secara terpadu dan penegakan hukum terhadap kasus-kasus pencemaran terutama minyak. "Reduksi terhadap beban limbah dan sampah harus diupayakan seketat mungkin dengan wilayah daratan hulu ke hilir," katanya. Selain itu perlu juga diupayakan restorasi terumbu karang dan sumber bahari lain yang melibatkan masyarakat. Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, I Malik, mengatakan, hingga kini volume sampah yang masuk ke Teluk Jakarta mencapai 600 m3 per hari. Padahal kapasitas penanganan dari dinas hanya sekitar 40 m3 per hari sampah. "Kami berencana melibatkan nelayan untuk memancing sampah dan memberi mereka imbalan bila sedang tidak dalam musim melaut," katanya.(*)

Copyright © ANTARA 2006