Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan, net interest margin (NIM) perbankan masih akan berada dalam level yang stabil dan moderat setelah pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) yang diputuskan pada Mei 2025.

“OJK memproyeksikan bahwa ke depan, NIM perbankan masih akan berada dalam level yang stabil dan moderat, dalam hal transmisi suku bunga berjalan efektif dan pertumbuhan kredit juga meningkat,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) Mei 2025 di Jakarta, Senin.

Dian menjelaskan, naik-turunnya NIM perbankan sebenarnya tidak hanya bergantung pada suku bunga acuan melainkan juga pada berbagai faktor lain seperti efisiensi biaya dana atau cost of fund, struktur kredit, permintaan kredit dan pembiayaan, serta profil risiko bank dan nasabahnya.

Baca juga: OJK catat pembiayaan paylater naik jadi Rp8,24 triliun pada April 2025

OJK menilai bahwa tren NIM yang cenderung menurun mencerminkan kompetisi dana yang ketat termasuk atas instrumen lainnya seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN), serta penyesuaian suku bunga antara dana pihak ketiga (DPK) dan kredit dengan struktur yang diharapkan menjadi proporsional.

Dian menambahkan, secara teoritis, penurunan BI-Rate memang membuka ruang untuk perbankan menurunkan cost of fund sehingga memberi peluang bagi perbaikan margin. Namun, hal ini akan sangat bergantung pada seberapa cepat dan seimbang bank dapat menyesuaikan suku bunga simpanan dan kredit.

Secara historis, transmisi kebijakan suku bunga bank sentral selalu membutuhkan waktu. OJK memandang bahwa transmisi suku bunga bisa berbeda-beda antar-bank, bergantung pada struktur pendanaan, likuiditas bank, profil risiko, dan strategi bisnis masing-masing bank.

Baca juga: Kredit bank per April tumbuh 8,88 persen capai Rp7.960,9 triliun

“Oleh karena itu, bank dapat melakukan penyesuaian (suku bunga) secara transparan dan bertahap dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang memadai, terutama atas risiko yang melekat atau inheren,” kata Dian.

OJK, imbuh Dian, juga terus memonitor dan memperkuat arahan kebijakan agar transmisi kebijakan moneter berjalan lebih efektif dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.