Ini adalah tentang bagaimana kita menggunakan inovasi teknologi, dalam hal ini platform Google Arts & Culture, untuk menghidupkan kembali narasi-narasi kuno
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Google Arts and Culture meluncurkan anjungan atau platform digital yang mendokumentasikan gambar cadas prasejarah, yang berasal dari lebih 100 situs gua di berbagai pulau di Indonesia.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko melalui keterangan di Jakarta, Selasa, mengungkapkan peluncuran anjungan digital ini sebagai wujud nyata dari komitmen tersebut.
"Ini adalah tentang bagaimana kita menggunakan inovasi teknologi, dalam hal ini platform Google Arts & Culture, untuk menghidupkan kembali narasi-narasi kuno, serta membuatnya relevan dan menarik bagi generasi masa kini dan mendatang," katanya.
Handoko menekankan gambar cadas tersebut rentan terhadap berbagai faktor, baik alam maupun aktivitas manusia.
Baca juga: BRIN temukan 958 titik potensi situs arkeologi di Gunung Penanggungan
Ia menilai upaya konservasi fisik tentu menjadi prioritas. Namun, dokumentasi digital beresolusi tinggi dan pembuatan tur virtual seperti yang dilakukan dalam proyek ini adalah bentuk preservasi komplementer yang sangat penting.
"Di dalam platform ini diabadikan kondisi situs pada suatu waktu, menyediakan data berharga untuk penelitian lebih lanjut, dan memungkinkan pengalaman virtual yang mengurangi tekanan kunjungan fisik ke situs-situs yang rapuh," jelasnya.
Handoko mengungkapkan hasil dari kolaborasi tersebut menyoroti penemuan-penemuan yang luar biasa, termasuk seni gua naratif tertua di dunia, tempat perburuan paling awal yang diketahui, dan bukti tertua dari praktik pembedahan.
Baca juga: BRIN temukan 13 situs warisan geologi skala internasional di Kebumen
Menurutnya, penemuan peninggalan luar biasa ini menantang dan memperkaya pemahaman tentang sejarah manusia, yang turut menempatkan Indonesia sebagai tempat lahirnya peradaban yang penting.
Handoko menyebutkan wawasan yang diperoleh dari penelitian ini berpotensi untuk membentuk kembali perspektif tentang sejarah bersama kita dan asal-usul kreativitas dan inovasi manusia.
"Dengan memamerkan situs-situs luar biasa ini dan seni yang ada di dalamnya, platform ini tidak hanya mengangkat status Indonesia dalam narasi arkeologi global, tetapi juga meningkatkan pemahaman kita tentang pola migrasi manusia dan perkembangan masyarakat awal," ucap Laksana Tri Handoko.
Baca juga: Arkeolog Prancis dan BRIN kaji penemuan Candi Batu di KIT Batang
Baca juga: Goa Harimau di OKU akan ditetapkan sebagai cagar budaya nasional
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.