Dengan cek kesehatan rutin, kita bisa mendeteksi adanya penyakit atau gangguan kesehatan bisa ditemukan. Kita juga harus paham sebenarnya tidak ada proses penyakit yang terjadi secara instan,"
Jakarta (ANTARA News) - Pakar penyakit dalam Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam mengatakan, kepergian penyanyi Yani Libels yang mendadak menunjukkan pentingnya cek kesehatan rutin terutama bagi yang berusia diatas 40 tahun.

"Kematian mendadak Yani Libels menjadi pelajaran bagi kita semua, betapa pentingnya cek kesehatan rutin," ujar Ari di Jakarta, Kamis.

Yani yang tergabung dalam boyband Ttio Libels yang populer pada 1980-an meninggal dunia pada Rabu (25/3) pagi akibat serangan jantung.

Serangan jantung atau stroke merupakan penyebab utama kematian mendadak karena sakit.

"Dugaan adanya serangan jantung sebagai penyebab juga didukung adanya riwayat keluhan sesak napas dan nyeri dada sebelumnya," tambah dia.

Sesak napas tanpa atau disertai nyeri dada yang kerap terjadi setelah naik tangga atau terasa sesak ketika berjalan jauh harus diduga adanya gangguan pada jantung.

Keluhan yang baru muncul, sambung dia, diatas usia 40 tahun merupakan suatu tanda ada yang tidak beres di dalam tubuh dan perlu evaluasi segera.

Bagi yang memang tidak ada risiko untuk terjadinya sakit jantung dianjurkan untuk cek kesehatan rutin setelah usia diatas 40 tahun.

Bahkan cek kesehatan rutin harus dilakukan lebih awal jika kita mempunyai faktor resiko.

"Dengan cek kesehatan rutin, kita bisa mendeteksi adanya penyakit atau gangguan kesehatan bisa ditemukan. Kita juga harus paham sebenarnya tidak ada proses penyakit yang terjadi secara instan," papar dia.

Sebenarnya, sambung dia, gangguan termasuk juga gangguan perncernaan seperti nyeri ulu hati atau kembung atau begah yang baru dirasakan ketika umur diatas 40 tahun juga merupakan keluhan yang harus segera dievaluasi.

Beberapa faktor resiko dari penyakit jantung koroner antara lain usia diatas 40 tahun adalah kegemukan atau obesitas, merokok,hipertensi, kolesterol tinggi atau hiperkolesterol, hipertrigliserida, penyakit kencing manis, riwayat keluarga dengan sakit jantung, kurang olahraga rutin dan stres.

"Faktor risiko jantung koroner tersebut ada yang bisa kita cegah agar kita terhindar dari serangan jantung," tukas dia.

Pewarta: Indriani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015