Namun capaian ini jangan sampai membuat kita lengah. Kita harus tetap siaga, tidak boleh sombong, dan terus memperkuat kesiapan menghadapi ancaman karhutla

Pontianak (ANTARA) - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menyampaikan luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) nasional terus mengalami penurunan signifikan dalam satu dekade terakhir, berdasarkan data resmi Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.

"Berdasarkan data terkini mengenai tren penurunan karhutla, pada 2015 luas karhutla mencapai 2,6 juta hektare, turun menjadi 1,6 juta hektare pada 2019, lalu menurun kembali menjadi 1,1 juta hektare pada 2023," kata Menhut Raja Juli Antoni dalam Apel Kesiapsiagaan Penanganan Karhutla Nasional 2025 yang digelar di Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Pontianak, Kamis.

Dia mengungkapkan pada tahun 2024 terjadi penurunan drastis menjadi hanya 24.154 hektare atau turun sekitar 74 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini dinilai sebagai capaian penting hasil dari kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, TNI-Polri, hingga partisipasi masyarakat.

"Namun capaian ini jangan sampai membuat kita lengah. Kita harus tetap siaga, tidak boleh sombong, dan terus memperkuat kesiapan menghadapi ancaman karhutla," tutur Menhut.

Baca juga: Menhut ajak kesampingkan ego sektoral untuk atasi karhutla

Dalam sambutannya Menhut menyoroti tiga pilar utama dalam strategi pengendalian karhutla, yakni kolaborasi lintas sektor, penegakan hukum yang efektif, serta partisipasi aktif masyarakat.

Ia mengapresiasi peran Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api (MPA) yang menjadi garda terdepan dalam pemadaman dan pencegahan.

Menurut dia, keberhasilan pengendalian karhutla juga didukung terbentuknya 2.370 personel Manggala Agni yang tersebar di 34 Daerah Operasi (Daop), termasuk lima di Kalimantan Barat, serta 10.225 personel MPA yang tersebar di 29 provinsi.

Di Kalimantan Barat tercatat sebanyak 1.165 personel MPA aktif terlibat dalam kegiatan lapangan.

Baca juga: Menhut: Jangan lengah meski tren karhutla menurun

Secara khusus, Kalimantan Barat mencatat penurunan signifikan luas karhutla dari 151.919 hektare pada 2019 menjadi 24.154 hektare pada 2024 atau turun sebesar 84 persen. Bahkan dalam lima tahun terakhir, tidak ditemukan kasus asap lintas batas negara dari provinsi ini.

Hingga 22 April 2025 Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mencatat luas karhutla nasional sebesar 3.207 hektare, dengan rincian 1.227 hektare di lahan gambut dan 1.980 hektare di tanah mineral. Tiga provinsi dengan luas karhutla terbesar adalah Riau (699 hektare), Kalimantan Barat (494 hektare), dan Aceh (296 hektare).

Adapun jumlah hotspot berdasarkan satelit Terra/Aqua (MODIS NASA) pada periode 1 Januari hingga 30 Mei 2025 tercatat 244 titik atau turun 55,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 550 titik.

Menhut Raja Juli Antoni mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau, yang diperkirakan BMKG mulai berlangsung di Kalbar sejak Juni. Kendati Indonesia tengah mengalami kondisi La Nina (kemarau basah), ia menegaskan potensi karhutla tetap harus diantisipasi dengan serius.

Baca juga: Menhut ingatkan tiga faktor turunkan tren karhutla

Pemerintah juga telah menetapkan 518 desa sasaran pengendalian karhutla di seluruh Indonesia, dengan 52 desa diantaranya berada di Kalbar. Penetapan ini ditindaklanjuti melalui pembinaan teknis MPA dan pemberian insentif untuk mendukung diversifikasi usaha masyarakat dalam pengelolaan lahan secara berkelanjutan.

Sebagai bagian dari kesiapan daerah, Gubernur Kalbar telah menetapkan Status Siaga Darurat Penanganan Bencana Asap Akibat Karhutla sejak 17 April hingga 31 Oktober 2025.

"Kita tidak boleh main-main dengan ancaman karhutla. Perlu ada sinergi, disiplin, dan kepedulian semua pihak agar keberhasilan yang kita raih selama ini bisa dipertahankan dan ditingkatkan,” tutup Menhut.

Baca juga: Menhut: Pengendalian karhutla semakin baik

Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.