Ia mendedikasikan hidupnya untuk mengubah cara masyarakat memandang sampah.
Jakarta (ANTARA) - Teguh Joko Dwiyono menempatkan seni ke tahap yang dapat mengubah kebiasaan masyarakat memperlakukan limbah rumah tangga.
Dwi (69), demikian ia disapa, adalah seorang pelukis yang menjadikan sisa sampah plastik sebagai salah satu medium dalam melahirkan karya seni. Lewat kreativitas dan ketekunannya, Dwi menjadikan limbah plastik sebagai medium artistik yang tak hanya estetik, tapi juga sarat nilai edukatif dan sosial.
Ia mendedikasikan hidupnya untuk mengubah cara masyarakat memandang sampah.
Meski kini dikenal sebagai seniman, Teguh Joko Dwiyono tidak memiliki latar belakang akademik di bidang seni rupa. Sejak kecil, ia tumbuh dalam keterbatasan. Sang ayah, yang seorang guru, tak mampu membelikan kertas gambar atau pensil warna. Sebagai gantinya, sang ayah kerap membawakan kapur tulis yang kemudian digunakan Dwiyono kecil untuk menggambar di lantai rumah.
Baca juga: KLH: Sampah plastik di laut berdampak pada ekonomi

Bakatnya mulai terlihat sejak usia dini. Selama duduk di bangku taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, Dwiyono kerap dipercaya mewakili sekolahnya dalam berbagai lomba melukis.
Namun, mimpi untuk mengenyam pendidikan formal di bidang seni rupa harus pupus. Keinginannya masuk ke Akademi Seni Rupa Indonesia, cikal bakal Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, tidak mendapat restu dari orang tuanya.
Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.