Mereka masih banyak yang mengolok-ngolok. Misalnya, mengolok-olok 'kamu autis'. Itu dipakai sebagai joke. Mereka tidak mengerti, olok-olok itu menyakitkan orang tua yang mendengar"
Jakarta (ANTARA News) - Kesadaran masyarakat tentang autisme bukan jaminan mereka mengerti dan menerima penyandang autisme, kata Ketua Yayasan Autisme Indonesia (YAI) dr. Melly Budhiman.

"Saya kira awareness masyarakat di Indonesia tentang autisme sudah cukup tinggi. Tapi, aware dan tahu belum tentu menerima dan mengerti," ujar Melly kepada ANTARA News di Jakarta, beberapa jam lalu.

Dia mengatakan, saat ini masih banyak ditemui sejumlah orang yang bahkan menggunakan kata "autis" sebagai bahan olok-olok.

"Mereka masih banyak yang mengolok-ngolok. Misalnya, mengolok-olok 'kamu autis'. Itu dipakai sebagai joke. Mereka tidak mengerti, olok-olok itu menyakitkan orang tua yang mendengar," kata dia.

Melly mengungkapkan, pihaknya dari tahun ke tahun berupaya mendidik masyarakat seputar autisme, termasuk melalui seminar-seminar dan kegiatan berjalan bersama penyandang autisme. 

"Kita sudah lama meworo-woro masyarakat sejak 1997, mengampanyekan autisme itu apa, autisme itu bukan penyakit tidak usah ditakuti, bantulah mereka (penyandang) semampunya, karena kalau kita semua membantu, dia (penyandang) akan berkembang dengan bagus, potensinya," kata dia.

"Walk for autisme, sudah sejak 2010. Meningkatkan awareness. Memperlihatkan kalau anak-anak autis itu bisa lho jalan sama kita. Tidak usah dijauhi, mereka having fun bersama kita. Mereka merasa free dan diterima," tambah dia.

Melly mengharapkan masyarakat kain menerima penyandang autisme.




Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015