Brussels (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Mark Rutte, pada Senin (9/6) menyatakan bahwa aliansi pertahanan tersebut harus meningkatkan kemampuan pertahanan udara dan rudal hingga 400 persen.

Pernyataan itu disampaikan menyusul meningkatnya ancaman dari Rusia dan China, serta kesenjangan militer yang semakin mendesak.

Berbicara di Chatham House, London, Rutte memperingatkan bahwa Rusia kini sedang mempersenjatai militer secara cepat dan mampu memproduksi amunisi dalam jumlah besar, jauh melampaui NATO. “Rusia memproduksi dalam tiga bulan apa yang NATO hasilkan dalam setahun,” ujarnya tegas.

Rutte memaparkan visi tentang NATO yang lebih kuat, adil, dan mematikan, yang ditopang oleh target pengeluaran baru sebesar lima persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk pertahanan.

Sebanyak 3,5 persen dari target tersebut akan dialokasikan untuk kebutuhan militer inti, sementara sisanya ditujukan bagi penguatan infrastruktur dan kapasitas industri.

Ia menekankan bahwa permasalahan utama saat ini bukan hanya pada investasi, tetapi pada kapasitas produksi. “Sudah jelas bahwa di seluruh aliansi, kita tidak memproduksi cukup banyak. Maka dari itu, seiring meningkatnya investasi pertahanan, kita juga harus meningkatkan produksi pertahanan,” tegas Rutte.

Dia juga mengingatkan bahwa waktu tunggu pengiriman sistem pertahanan udara tercanggih bisa mencapai satu dekade jika dipesan sekarang -- sebuah kenyataan yang dinilainya tidak dapat diterima.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Rutte menyerukan kebutuhan akan ribuan kendaraan lapis baja tambahan, jutaan peluru artileri, dukungan logistik dan medis yang lebih luas, serta investasi besar-besaran pada drone, teknologi siber, dan kapabilitas luar angkasa.

“Kita memerlukan lompatan besar dalam pertahanan kolektif kita. Bahayanya tidak akan hilang, bahkan setelah perang di Ukraina usai,” kata Rutte.

Meski demikian, Rutte menegaskan bahwa NATO tetap merupakan aliansi pertahanan. Namun, ia memperingatkan dengan keras: “Kami sangat serius. Jika ada pihak yang mencoba menyerang kami, maka akibatnya akan sangat menghancurkan. Entah itu Rusia atau siapa pun yang mencoba melakukan sesuatu terhadap kami.”

Ia juga menyampaikan bahwa KTT NATO di Den Haag yang dijadwalkan pada 24-25 Juni mendatang akan menjadi momen penting dalam membentuk postur keamanan jangka panjang aliansi, termasuk dalam mendukung Ukraina dan mencegah ancaman dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

Saat melawat ke London, Rutte bertemu Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, di kantornya, Downing Street nomor 10. Keduanya membahas peningkatan investasi dan produksi pertahanan serta dukungan berkelanjutan untuk Ukraina.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Sekjen: NATO bahas lonjakan belanja pertahanan dan kesiapan perang

Baca juga: NATO: Peran Jepang penting di tengah menguatnya militer China

Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.