Di Jawa puncaknya justru diprediksi lebih awal, atau lebih cepat datang dibanding rata-ratanya dalam periode 30 tahun
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan pergeseran puncak musim kemarau 2025 yang paling signifikan terjadi di wilayah Pulau Jawa.
Direktur Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab di Jakarta, Selasa, menjelaskan pergeseran ditemukan setelah dilakukan pemutakhiran data analisis iklim terbaru pada Mei 2025, menggantikan prediksi sebelumnya yang berbasis kondisi iklim Februari.
"Pergeseran ini dipengaruhi faktor dinamika atmosfer, diantaranya masih cukup banyaknya suplai uap air ke wilayah Indonesia," kata dia.
Baca juga: BMKG: Potensi hujan masih terjadi di awal musim kemarau di NTB
Berdasarkan hasil pemutakhiran BMKG itu, awal musim kemarau di banyak wilayah Jawa yang semula diperkirakan terjadi pada dasarian III April - dasarian I Mei kini bergeser menjadi dasarian III Mei hingga dasarian I Juni.
Menurut dia, pergeseran tiga - lima dasarian ini khususnya terdeteksi jelas di Jawa, terutama Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Lalu sebagian besar zona musim di wilayah Jawa mengalami pemutakhiran prediksi puncak musim kemarau menjadi bulan Juni, Juli dan Agustus 2025.
"Di Jawa puncaknya justru diprediksi lebih awal, atau lebih cepat datang dibanding rata-ratanya dalam periode 30 tahun. Dan durasinya juga lebih pendek sama halnya di Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara," ujarnya.
Baca juga: BPBD Temanggung siapkan bantuan air 90 tangki untuk musim kemarau 2025
Sementara itu ia menambahkan sebagian besar wilayah di pulau lainnya akan tetap mengalami puncak musim kemarau yang serupa dengan kondisi normal.
Namun dengan adanya perubahan pola iklim ini menuntut penyesuaian strategi mitigasi bagi sektor-sektor terdampak, termasuk pertanian dan pengelolaan sumber daya air.
"Ini penting untuk mengantisipasi potensi dampak kekeringan dan ketahanan pangan. Kami mengimbau masyarakat dan pemangku kebijakan untuk terus mengikuti informasi resmi dari BMKG," kata Fachri.
Baca juga: BMKG jelaskan penyebab hujan di musim kemarau di Labuan Bajo
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.