Jinan, China (ANTARA) - Belum lama ini, 28 eksekutif dan akademisi dari perusahaan listrik di Indonesia, Filipina, Chile, Rusia, dan negara-negara lainnya yang menjalin kerja sama "Sabuk dan Jalur Sutra" datang ke Institut Teknologi Jaringan Negara di Jinan, Provinsi Shandong, China timur, untuk mengikuti Proyek Seminar Lanjutan Daya Listrik dan Energi "Sabuk dan Jalur Sutra" 2025 guna membahas tren perkembangan energi global.
"Tema kuliah kita adalah membangun sistem kelistrikan baru, dan saya akan menjelaskannya dari tiga aspek, yakni mengapa, apa itu, dan bagaimana melakukannya", urai Zhou Guiping, pelatih dari Institut Teknologi Jaringan Negara, di hadapan audiensnya.
Para praktisi dari industri kelistrikan dari berbagai negara pun mendengarkan dengan penuh perhatian. Istilah-istilah inovatif, seperti pembangkit listrik virtual, respons permintaan, sistem V2G untuk kendaraan listrik, dan meteran listrik pintar, sukses menarik banyak minat.
Digagas oleh State Grid Corporation of China, Xi'an Jiaotong University, Hong Kong Polytechnic University, dan Hongkong Electric Company Limited, proyek ini telah berlangsung selama 8 tahun berturut-turut di Institut Teknologi Jaringan Negara.
Menurut pihak otoritas di institusi tersebut, mereka mengangkat tema seperti transformasi energi hijau di China dan penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam jaringan listrik.
Mereka juga mengajak para partisipan berkunjung ke Stasiun Percontohan Pengisian dan Pertukaran Interaktif Kendaraan Hijau dan Rendah Karbon di Jinan serta Basis Manufaktur Peralatan Listrik di Shandong untuk menyaksikan langsung pencapaian terkini dalam perkembangan industri kelistrikan di China.

Arifin Wijaya, insinyur senior di Jurusan Teknik Elektro di Institut Teknologi Bandung, menyatakan bahwa Indonesia memiliki banyak pulau yang membutuhkan solusi untuk masalah transmisi energi antarpulau, sementara perkembangan energi terbarukan berlangsung pesat dan berbagai upaya harus dilakukan guna menciptakan konsumsi yang stabil.
China memiliki teknologi kelistrikan terkemuka dan perusahaan listrik yang unggul, serta telah meraih pencapaian signifikan dalam pembangunan jaringan pintar. Para eksekutif dan akademisi berencana membangun model jaringan pintar skala besar, dan ingin belajar dari pengalaman China, serta berharap dapat berkolaborasi dengan universitas dan perusahaan di China dalam pengembangan teknologi energi terdistribusi.
Matias Hepp, direktur operasional dan manajemen peralatan sekaligus wakil CTO dari CGE Chile, sudah dua kali berkunjung ke China.
Dengan bentang geografis yang memanjang dan sempit, Chile menghadapi berbagai tantangan alam, seperti banjir, gempa bumi, gunung berapi, dan kebakaran hutan, yang membuat negara itu harus melakukan peningkatan kemampuan sistem kelistrikan secara terus-menerus guna menghadapi cuaca ekstrem.
"Kami menantikan kerja sama dengan China dalam bidang transmisi listrik tegangan ultratinggi dan penggunaan robot inspeksi cerdas untuk meningkatkan keandalan dan efisiensi jaringan interkoneksi energi regional," ujar Hepp.
"China memproduksi energi terbarukan terbesar di dunia, dan saya sangat penasaran bagaimana (negara tersebut) mampu mengelolanya. Selain itu, sejumlah besar energi baru ditransmisikan dari bagian barat China ke daerah pesisir timur secara jarak jauh, dan kapasitas dukungan jaringan listrik yang kuat sangat mengesankan," ungkap Ferdinand Dicon, manajer senior di Departemen Operasional Sistem Luzon di National Grid Corporation of the Philippines.
Dicon menyampaikan bahwa jaringan listrik Filipina menghadapi tantangan akibat bencana alam seperti topan. Peningkatan stabilitas sistem pun menjadi kebutuhan utama bagi negara tersebut. Selain itu, peningkatan proporsi kapasitas terpasang energi baru juga menjadi tantangan bagi keamanan dan stabilitas operasional jaringan listrik.
Dicon menambahkan bahwa China memiliki banyak pengalaman terkait transmisi UHV dan desain jaringan listrik. Beberapa proyek Filipina memanfaatkan jalur transmisi dan sistem telekomunikasi yang dirancang di China.
Dalam kunjungannya ke China kali ini, para eksekutif dan akademisi berharap dapat belajar dari solusi desain energi hijau yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan listrik terkemuka di China, serta berharap bisa mendapatkan lebih banyak peluang kerja sama dan platform pertukaran di masa depan demi mewujudkan ketahanan energi regional yang lebih baik.

Selama delapan tahun terakhir, Proyek Seminar Lanjutan Daya Listrik dan Energi "Sabuk dan Jalur Sutra" telah memberikan gambaran yang jelas serta pengalaman berharga tentang upaya China dalam mendorong transformasi yang ramah lingkungan dan rendah karbon.
Proyek tersebut melibatkan total 858 praktisi dari 45 negara dan kawasan di bidang energi dan kelistrikan yang berperan penting dalam penerapan teknologi, peningkatan standar, dan penyebaran pengetahuan, serta menjadi proyek unggulan bagi pengembangan industri kelistrikan "Sabuk dan Jalur Sutra" yang berkualitas tinggi.
Pewarta: Xinhua
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.